Puisi: Teks tentang Teratai di Kolam (Karya Remy Sylado)

Puisi "Teratai di Kolam" menggabungkan simbolisme, mitologi, dan referensi sejarah untuk menyampaikan pesan yang kompleks tentang keindahan, ...
Teks tentang Teratai di Kolam


Rayu dalam semua leluri
adalah bayang-bayang menyenangkan cerita besok
seperti teratai yang tumbuh di kolam keruh
tetap indah dalam bukan kemauannya.

Apa anti pertemuan suka sama suka
tak cukup dalam serangkai kata
sehingga dua kekasih yang diamuk rindu
merasa 10 jam dalam kelam malam
terlalu singkat untuk mengucapkan cinta
Tak tabu Ken Arok dan Ken Dedes
melanjutkan nafsu dalam keris Mpu Gandring
tanpa peduli fajar mau mampir atau pergi.

Tak usah hitung berapa banyak teratai berbunga
lantas layu dan mati di kolam yang sama
sebab rayu yang indah
dapat berganti umpat yang kotor.

Kalau kita bicara suka sama suka
kita tidak merayu dalam kecemburuan Zeus
yang memenggal kemauan bersatu tubuh
Tapi pulanglah kita ke bayang cerita kemarin
di Taman Eden: roh Hawa masuk dalam roh Adam.


Analisis Puisi:
Puisi "Teratai di Kolam" karya Remy Sylado merupakan karya sastra yang sarat dengan simbolisme dan gambaran kehidupan. Puisi ini menggambarkan berbagai aspek hubungan manusia, termasuk pertemuan, cinta, dan kemerosotan.

Motif Teratai dalam Kolam: Puisi ini menggunakan motif teratai yang tumbuh di kolam keruh sebagai simbol dari keindahan yang tetap abadi di tengah kekacauan dan ketidakpastian. Teratai di sini mewakili ketekunan dan keindahan yang mampu bertahan meskipun dalam kondisi yang tidak ideal.

Rayuan dan Keindahan: Puisi membahas rayuan sebagai daya tarik yang menyenangkan dan menggambarkan keindahan dalam segala situasi. Seperti teratai yang tumbuh di kolam keruh, keindahan bisa muncul di tengah-tengah kekacauan kehidupan.

Anti Pertemuan Suka Sama Suka: Puisi juga menyentuh tema anti pertemuan suka sama suka, menyoroti kompleksitas hubungan manusia. Meskipun cinta dan rindu dapat membangun hubungan, terkadang kata-kata tidak cukup untuk menyampaikan perasaan, seperti yang diilustrasikan oleh "10 jam dalam kelam malam yang terlalu singkat untuk mengucapkan cinta."

Referensi Mitologi dan Sejarah: Puisi mencakup referensi mitologi seperti Zeus, yang mewakili kecemburuan dan keinginan untuk mengontrol hubungan. Referensi sejarah seperti Ken Arok dan Ken Dedes menambah dimensi epik pada puisi, memberikan kesan bahwa hubungan manusia telah mengalami dinamika yang rumit sepanjang sejarah.

Ketidakpastian dan Perubahan: Puisi menyoroti ketidakpastian dalam hubungan, diilustrasikan oleh kemerosotan teratai yang layu dan mati di kolam yang sama. Hal ini mencerminkan realitas bahwa keindahan dan cinta dapat berubah atau pudar seiring waktu.

Kembali ke Taman Eden: Akhir puisi membawa pembaca kembali ke Taman Eden, membangkitkan imaji roh Hawa yang bersatu dengan roh Adam. Ini mungkin merujuk pada harapan akan kesatuan dan kesejahteraan di tengah perjalanan kehidupan yang penuh liku.

Puisi "Teratai di Kolam" menggabungkan simbolisme, mitologi, dan referensi sejarah untuk menyampaikan pesan yang kompleks tentang keindahan, cinta, dan ketidakpastian dalam hubungan manusia. Remy Sylado dengan mahir menggunakan kata-kata untuk merangkai gambaran yang menggugah pikiran pembaca, menjadikan puisi ini sebagai karya sastra yang menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut.

Puisi Remy Sylado
Puisi: Teks tentang Teratai di Kolam
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.