Puisi: Tiga Menguak Takdir (Karya Rivai Apin)

Puisi "Tiga Menguak Takdir" karya Rivai Apin menggambarkan perjalanan dalam menghadapi hancuran, ketidakpastian, dan kekuatan alam.
Tiga Menguak Takdir


Di atas hancuran tembok yang kuruntuhkan
Berdiri aku atas kuda putihku, gaya dan jaya
Di hadapanku menghampar padang dan bukit
Dengan lengkungan langit yang membuatku lapar ruangan.

Lalu dadaku memberikan ruang
Bagi jantung yang memukul berdentangan
Memancarkan darah yang dia degap degupkan

Darah kudaku pun ikut menjalang
dan
dia berlonjak-lonjakan oleh kekesalan
Lalu kulepas
dan kami menderu pacu ke pantai-pantai.


Sumber: Tiga Menguak Takdir (1950)

Catatan:
Judul lain dari puisi adalah: Kebebasan.

Analisis Puisi:
Puisi "Tiga Menguak Takdir" karya Rivai Apin adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan seseorang dalam menghadapi hancuran, ketidakpastian, dan kekuatan alam. Puisi ini mengandung berbagai simbol dan makna yang mendalam.

Tema Puisi: Tema utama dalam puisi ini adalah perjalanan individu dalam menghadapi tantangan dan kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Puisi ini mencoba untuk menggambarkan keteguhan hati seseorang dalam menghadapi hancuran dan kehidupan yang tidak selalu mudah.

Simbol Kuda Putih: Kuda putih dalam puisi ini adalah simbol kekuatan dan semangat individu. Kuda putih sering digunakan dalam sastra sebagai simbol yang mewakili keberanian dan tekad. Dalam konteks puisi ini, kuda putih menggambarkan tekad seseorang untuk mengatasi kesulitan.

Hancuran dan Rekonstruksi: Puisi ini menggambarkan perasaan hancuran, tetapi juga mengandung elemen rekonstruksi. Hancuran tembok yang dikutip dalam puisi ini bisa menggambarkan keruntuhan atau kegagalan dalam hidup, tetapi kemudian ada upaya untuk membangun kembali dan bergerak maju.

Hubungan dengan Alam: Puisi ini memiliki hubungan yang kuat dengan alam. Padang, bukit, dan langit adalah elemen-elemen alam yang digunakan untuk menciptakan gambaran yang mendalam tentang perjalanan individu ini. Alam sering digunakan dalam sastra untuk mencerminkan perasaan dan pengalaman manusia.

Darah sebagai Simbol Hidup: Darah dalam puisi ini adalah simbol kehidupan dan energi. Ketika darah mulai bergerak dan "berlonjak-lonjakan oleh kekesalan," itu bisa menggambarkan semangat yang tumbuh kembali dan semangat untuk melanjutkan hidup.

Perjalanan Menuju Pantai: Pantai dalam puisi ini mungkin menggambarkan akhir dari perjalanan atau tujuan yang dicapai. Perjalanan menuju pantai bisa diartikan sebagai mencapai titik ketenangan atau kepuasan dalam hidup setelah menghadapi berbagai tantangan.

Puisi "Tiga Menguak Takdir" adalah karya sastra yang menggambarkan perjalanan individu dalam menghadapi hancuran, ketidakpastian, dan kekuatan alam. Puisi ini menggunakan simbol-simbol seperti kuda putih, darah, dan alam untuk menciptakan gambaran yang mendalam tentang perjuangan dan keteguhan hati. Ini adalah puisi tentang rekonstruksi dan semangat manusia dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan rintangan.

Rivai Apin
Puisi: Tiga Menguak Takdir
Karya: Rivai Apin

Biodata Rivai Apin:
  • Rivai Apin adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
  • Rivai Apin lahir pada tanggal 30 Agustus 1927 di Padang Panjang, Sumatra Barat.
  • Rivai Apin meninggal dunia pada bulan April, 1995 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.