Puisi: Aku Ingin Kembali Jadi Mempelai (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Aku Ingin Kembali Jadi Mempelai" karya Dimas Arika Mihardja mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari ibadah, kesucian batin, dan ...
Aku Ingin Kembali Jadi Mempelai

Marhaban ya ramadhan
izinkan aku kembali menjadi mempelai
duduk di singgasana dzikir dan takbir
menghitung jemari dari bilangan dosa.

Aku ingin kembali jadi mempelai
bersanding dengan dinding-dinding hati
yang tak henti melafazkan harum nama bunga

Aku ingin kembali jadi mempelai
sebelum pada akhirnya rebah jadi bangkai
yang tak sanggup sesiapa pun mengungkai
selain amalan dan keyakinan paling dalam
paling pualam: palung kasmaran.

Sanggar Kreasi, 31 Juli 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Aku Ingin Kembali Jadi Mempelai" karya Dimas Arika Mihardja adalah refleksi yang mendalam tentang makna spiritual dan kesempurnaan dalam ibadah, terutama selama bulan Ramadhan.

Tema Sentral, Kembali ke Keheningan dan Kesucian: Puisi ini mencerminkan kerinduan seseorang untuk kembali menjadi "mempelai" atau orang yang berada dalam keadaan suci dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tema ini menyoroti esensi Ramadhan sebagai bulan suci yang memungkinkan individu untuk membersihkan diri dari dosa dan kembali kepada kebenaran spiritual.

Penyambutan Ramadhan: Dengan frase "Marhaban ya Ramadhan," penyair menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh kehangatan dan antusiasme. Bulan Ramadhan dipandang sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

Singgasana Dzikir dan Takbir: Penyair mengungkapkan keinginannya untuk duduk di singgasana dzikir dan takbir, menunjukkan aspirasi untuk menghabiskan waktu dalam ibadah dan pengingatan akan kebesaran Tuhan. Ini mencerminkan keinginan untuk meningkatkan hubungan spiritual dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Simbolisme Dinding-dinding Hati: "Dinding-dinding hati yang tak henti melafazkan harum nama bunga" menggambarkan kesucian dan kebenaran yang tersembunyi di dalam hati. Ini menunjukkan pentingnya kesucian batin dan kecintaan kepada Tuhan dalam menghadapi hidup sehari-hari.

Rebah Jadi Bangkai: Penutup puisi ini menyiratkan realitas kematian dan kefanaan dunia. Namun, ia juga menegaskan bahwa yang abadi hanyalah amalan baik dan keyakinan yang dalam kepada Tuhan. Palung kasmaran merupakan metafora untuk keabadian spiritual yang dicapai melalui kecintaan kepada Tuhan.

Keheningan Spiritual: Secara keseluruhan puisi, terdapat tema keheningan spiritual yang mendalam. Penyair menggambarkan kerinduan untuk meraih ketenangan dan kesucian dalam ibadah, serta pengakuan akan kefanaan dunia dan keabadian spiritual.

Puisi "Aku Ingin Kembali Jadi Mempelai" karya Dimas Arika Mihardja mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari ibadah, kesucian batin, dan keabadian spiritual dalam konteks bulan Ramadhan. Ini adalah panggilan untuk kembali kepada esensi ibadah yang tulus dan mendalam dalam menjalani kehidupan spiritual.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Aku Ingin Kembali Jadi Mempelai
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.