Puisi: Antariksa Dada (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi: Antariksa Dada Karya: Raudal Tanjung Banua
Antariksa Dada


Di bawah langit
tak ada langit: bumi yang tidur
menunggu bangkit. Di atas langit: bintang-bintang
- surga usah dibilang
jagad membentang begitu lengang, terasa
sakit di antariksa dada, seorang koloni, kosong-hampa
Negeri ini sepotong bumi, katanya, paling dekat
dengan matahari. Fajar terbit, tapi tak juga
jaga atau bangkit. Bintang-bintang telah lama padam
saat fajar yang sama menyentuhnya
pertama: pulau demi pulau
malah nyala dan sebagian silau cahaya
lalu hari-hari lewat, pelan dan pasti, segalanya lewat
menuju musnah, duh, antariksa dada
simpan, simpan yang dalam
matahari, bintang-bintang dan planetmu
sendiri; putar, putarkan yang liar
seperti gerak sekunar di lautan
menunggu saat karam atau dibangkitkan
menyelam bumi, terantuk dasar
rasakan, lempeng demi lempeng bergeser; gemanya, perihnya
bertalu-talu di antariksa dadamu, o, sang koloni
di timur matahari: kota-kota runtuh
sebelum sempurna didirikan, kampung-kampung luluh
sempurna abu. Lalu kesepakatan dan nota-nota baru dibuat
tanpa menunggu pengakuanmu: pesawat dan kapal-kapal
datang dan pergi, tapi seperti dirimu,
semuanya masih terikat di bumi yang satu!
di bawah langit,
tak ada langit, memang: bumi yang tidur
begitu panjang, terasa lebih sakit
mendera dada; seorang koloni yang tersintak jaga,
bangkit dan menderita, sakit dan menderita,
erangnya, keluhnya murni
kuabadikan di bait terakhir sajakku ini:
"dekat ke matahari,
berarti dekat kepada cahaya
yang menyinari panggung nestapa
punggung bumi. maka bangkitlah
sebab yang berlutut akan cidera
dan menjadi mainan abadi
gelap-terang cahaya!"


Yogyakarta, 2007

Analisis Puisi:
Puisi "Antariksa Dada" karya Raudal Tanjung Banua memiliki beberapa poin menarik. Berikut adalah beberapa aspek menarik yang bisa ditemukan dalam puisi ini:
  1. Kontras antara langit dan bumi: Puisi ini menggambarkan kontras antara langit yang kosong dan bumi yang penuh dengan perjuangan dan penderitaan. Langit digambarkan sebagai tempat yang sepi dan hampa, sementara bumi digambarkan sebagai tempat yang tidur namun menunggu untuk bangkit.
  2. Gambaran tentang koloni yang kosong: Puisi ini menyiratkan gambaran tentang seorang koloni yang merasa kosong dan hampa di dalam antariksa dada. Ada perasaan kehilangan dan rasa sakit yang dirasakan oleh koloni tersebut, mencerminkan kebingungan dan ketidakpastian dalam hidup.
  3. Konsep perubahan dan kepunahan: Puisi ini menyampaikan pesan tentang perubahan dan kepunahan yang terjadi dalam lingkungan dan kehidupan manusia. Pulau-pulau yang menyala dan silau cahaya melambangkan kejadian-kejadian penting yang terjadi dalam hidup, namun semua itu perlahan-lahan menuju kehancuran.
  4. Pesan untuk bangkit: Puisi ini memberikan pesan untuk bangkit dari keadaan yang sulit dan menderita. Dalam bait terakhir, penulis menyampaikan bahwa dekat dengan matahari berarti dekat dengan cahaya yang bisa menerangi kegelapan. Ini mengajak untuk bangkit dari keterpurukan dan menemukan harapan di tengah kesulitan.
Puisi ini menghadirkan gambaran yang kuat tentang kesendirian, penderitaan, dan perubahan dalam kehidupan manusia. Ia juga menawarkan harapan dan ajakan untuk melawan dan bangkit dari situasi sulit.

Puisi Antariksa Dada
Puisi: Antariksa Dada
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.