Puisi: Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan" menggugah pemikiran tentang bahasa, waktu, dan perubahan dalam cara yang sangat puitis dan kaya makna.
Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan
(: bagi indra tjahyadi, "si ekspedisi waktu")


Berabad-abad, waktu (bukan terumbu), terus tumbuh
Mekar, tak tersentuh tangan penyelam
di kedalaman
Bukan. Waktu, berabad-abad waktu, bahkan
bukan bangkai kapal kayu, hantu laut dan hening hiu
di kediaman dasar yang jauh.

Detak dan laju watak dari waktu.
Mengalirkan kapal-kapal ke daratan baru
Pun kapal selam masuk ke kedalaman
berbekal zat asam
- dan merasa begitu sempurna penemuan!

Tapi adakah yang lebih berdenyut
dari arus, lebih kencang dari hanyut?

Adalah kami yang terus menggali
Reruntuhan mercusuar yang dikuburkan
Adalah kami yang membahasakan kembali
Isyarat dan kilau pilu cahaya pulau
yang dimusnahkan
Sampan kami dari kiambang. Zona kami
zona terlarang. Tak tersentuh logam dan mulut kapal
Kami tak butuh pelampung dan zat asam, bahkan
pada cuaca kami tak lagi bersandar derita.

Kami hanya menabur garam, dilimbur pasang
bagi ular jahanam
di pokok menara yang kami nyalakan
dengan cinta. Dan berdenyut waktu
abad-abad bisu di pantaimu.

Bangunlah! Kelip mercusuar yang dikuburkan
diam-diam merangkai kata, bahasa pasir bahasa lokan
Menawarkan gagasan baru kepadamu,
bukan impian baru di mana kau jauh dari waktu
Percayalah, percayalah, manisku.


1999-2004

Analisis Puisi:
Puisi "Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan" adalah sebuah karya sastra yang mendalam dan kaya makna. Puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh simbol dan metafora.

Simbolisme Mercusuar: Mercusuar adalah simbol utama dalam puisi ini. Mercusuar mewakili penanda, cahaya, atau petunjuk dalam kehidupan. Puisi ini mengungkapkan gagasan tentang upaya manusia untuk menggali dan memahami bahasa yang terkubur dan tersembunyi di dalam simbol-simbol, seperti mercusuar yang seolah-olah terkubur.

Waktu dan Perubahan: Puisi ini menggambarkan gagasan tentang waktu dan perubahan yang terus berlanjut. "Waktu, berabad-abad waktu, bahkan bukan bangkai kapal kayu" menggambarkan betapa waktu adalah entitas yang terus bergerak dan berubah. Sementara banyak hal mungkin terkubur atau terlupakan, waktu terus berjalan.

Bahasa dan Komunikasi: Puisi ini menyoroti pentingnya bahasa dan komunikasi dalam memahami dunia. Pencarian "menabur garam, dilimbur pasang bagi ular jahanam" mencerminkan upaya untuk membuka kembali bahasa yang terkubur dan merestrukturisasi komunikasi.

Pertalian dengan Alam: Puisi ini memiliki pertalian kuat dengan alam dan unsur-unsur alam, seperti pantai, pasang surut, dan mercusuar. Alam digunakan sebagai metafora untuk perjalanan pencarian dalam mencari bahasa yang terkubur.

Kepuitisan: Puisi ini memiliki nada yang puitis dan menggugah perasaan. Metafora dan simbolisme yang digunakan mengundang pembaca untuk merenung dan merasakan keindahan bahasa.

Resistensi dan Penghargaan terhadap Waktu: Puisi ini juga mencerminkan resistensi terhadap lupa dan perubahan yang ditimbulkan oleh waktu. Mercusuar yang tersembunyi menciptakan rasa keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap keheningan sejarah.

Secara keseluruhan, puisi "Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan" adalah karya yang menuntut pemahaman dan refleksi yang mendalam. Puisi ini menggugah pemikiran tentang bahasa, waktu, dan perubahan dalam cara yang sangat puitis dan kaya makna.

Puisi: Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan
Puisi: Bahasa Mercusuar yang Dikuburkan
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.