Puisi: Bulan dan Bintang (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Bulan dan Bintang" karya Dimas Arika Mihardja memandang alam sebagai guru yang memberikan pelajaran tentang kehidupan dan spiritualitas.
Bulan dan Bintang
(Mahmud Jauhari Ali dan Dek Nong Kemalawati)


Warisan melayu, alam terkembang jadi guru:
kita membaca rumput bergoyang
sepanjang siang. Ilalang di belakang rumah
tak lelah berdesah: inna sholati wa nusuki...

Lalu mawar melati tumbuh di hati

Cericit burung adalah kumandang adzan
bersahutan. jauh melayang menembus awan
tak pernah jatuh gemanya, kecuali terus ngalir
di urat nadi. 

Rasakan degup-nya.

Bulan dan bintang
terlukis di dinding jantung.


Jambi, 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Bulan dan Bintang" karya Dimas Arika Mihardja adalah karya yang memadukan elemen-elemen alam dan spiritualitas dalam bahasa yang indah dan puitis. Puisi ini memandang alam sebagai guru yang memberikan pelajaran tentang kehidupan dan spiritualitas.

Rumput dan Alam: Puisi ini membuka dengan menggambarkan keindahan alam dan mencatat pergerakan rumput yang bergoyang. Pemandangan alam yang hidup menciptakan suasana yang damai dan tenteram. Rumput dan ilalang yang berdesah menjadi simbol kehidupan yang mengalir dan bergerak terus, mengajarkan kita bahwa belajar dari alam adalah hal yang berharga.

Rumput dan Doa: Pada baris berikutnya, puisi ini menciptakan ikatan antara alam dan spiritualitas. Frasa "inna sholati wa nusuki" adalah bagian dari doa dalam Islam yang berarti "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah bagi Allah, Tuhan semesta alam." Ini menunjukkan bahwa alam, dalam pergerakannya, adalah bentuk ibadah kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

Mawar Melati di Hati: Puisi ini menciptakan gambaran metaforis dengan menggambarkan mawar melati yang tumbuh di hati. Ini mencerminkan keindahan batin dan kesucian yang lahir dari koneksi spiritual dengan alam. Mawar melati adalah lambang kecantikan, kepolosan, dan kesucian.

Cerita Burung: Puisi ini menyisipkan cerita burung yang bersahutan dan membangkitkan imaji adzan yang dinyanyikan oleh burung. Adzan adalah panggilan untuk shalat dalam Islam. Gambaran ini menghubungkan alam dengan spiritualitas dan menunjukkan bahwa alam itu sendiri adalah cara untuk berkomunikasi dengan Tuhan.

Kehidupan dalam Nada: Puisi ini berbicara tentang gemanya yang tidak pernah jatuh. Nada dan bunyi alam adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan mereka selalu ada dalam aliran kehidupan kita. Ini menciptakan perasaan keabadian dan keterhubungan dengan alam.

Bulan dan Bintang: Puisi ini diakhiri dengan menggambarkan bulan dan bintang yang terlukis di dinding jantung. Bulan dan bintang adalah simbol keindahan dan keabadian yang ada dalam hati setiap individu. Mereka juga bisa diartikan sebagai lambang spiritualitas dan keberadaan Tuhan dalam diri manusia.

Puisi "Bulan dan Bintang" menciptakan koneksi yang mendalam antara alam dan spiritualitas. Ini mengajak kita untuk merenungkan keindahan alam, menghargai koneksi spiritual dengan alam, dan mengenali kehadiran spiritual yang ada dalam diri kita. Dengan bahasa yang indah dan puitis, puisi ini membangkitkan perasaan kedamaian dan kesatuan dengan alam semesta.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Bulan dan Bintang
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.