Analisis Puisi:
Puisi "Dekap Aku, Kekasihku" karya Dimas Arika Mihardja adalah panggilan dari seorang penyair untuk didekap oleh kekasihnya, namun memiliki makna yang lebih dalam yang mempertimbangkan ketergantungan, kebutuhan akan kehadiran yang nyata, dan penolakan terhadap hal-hal yang tidak tulus.
Simbolisme Pelukan: Penyair menggunakan metafora pelukan sebagai simbol dari kebutuhan akan kehadiran nyata dan tulus. Pelukan di sini tidak hanya fisik, tetapi juga melambangkan keinginan untuk kehadiran sejati, keselarasan, dan ketulusan dalam hubungan.
Penolakan akan Kebusukan dan Kekosongan: Dalam puisi ini, penyair menolak hal-hal yang hanya akan membusuk dan tidak memiliki makna yang sejati. Daging yang akan membusuk dianggap sebagai simbol dari kebohongan, kekosongan, atau hubungan yang tidak tulus. Demikian juga dengan malu yang terus memburu, menggambarkan penolakan terhadap sesuatu yang memilukan dan tidak otentik.
Kebutuhan untuk Kekuatan dan Ketenangan: Penyair merindukan ketenangan, dan menemukan ketenangan tersebut dalam pelukan kekasihnya. Pusat kota yang dipaparkan dalam puisi bisa diartikan sebagai kehidupan yang penuh tekanan, dan dalam konteks ini, pelukan yang diminta menjadi simbol ketenangan dan kedamaian di tengah kehidupan yang penuh dengan tekanan dan kegelisahan.
Puisi "Dekap Aku, Kekasihku" adalah sebuah puisi yang memperlihatkan kebutuhan akan kehadiran yang nyata, tulus, dan kuat dalam hubungan. Penyair menolak hal-hal yang tidak tulus dan busuk, mencari kekuatan dan ketenangan dalam pelukan kekasihnya. Puisi ini menyoroti pentingnya kesetiaan, kehadiran tulus, dan kekuatan dalam hubungan.
Karya: Dimas Arika Mihardja