Di Wangaya, Berjalan Larut Malam
Sepanjang jalan lengang
kuseret terompah lusuh
dalam cahaya bulan pucat rusuh
Dua cemara
bayangnya rebah
di halaman RSU itu
bagai sepasang kekasih
saling menjaga nyawa
jika siraman cahaya bulan
beranjak dari langit kota
Padam pula roh kita yang berpeluk
malam ini, terdengar desau angin
dari jendela kecil putih
meriap mencecap sungai
yang mengalir gemercik, jauh
di akar bambu
bagai tetes sari hidup
di sebatang slang infus
Tapi, siapakah yang akan menjaga
bayangmu, cemara malam
bila bulan berpendar ke selatan?
Tanpa jawaban
kuseret terompah lusuh
di atas bayang-bayang
yang berpeluk gamang.
Denpasar, 1997
Puisi: Di Wangaya, Berjalan Larut Malam
Karya: Raudal Tanjung Banua