Puisi: Drama Penyaliban dalam Satu Adegan (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Drama Penyaliban dalam Satu Adegan" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan peristiwa dramatis dengan nuansa religius dan penuh makna.
Drama Penyaliban dalam Satu Adegan

-- "Di sinilah aku bergantung
Domba hitam terbantai di tiang
Perempuan malang bersimbah debu
meratap. Merataplah sepatut seorang
ibu meratap kematian anak sulung
Tapi merataplah tanpa kegusaran terhadap
mereka yang menyeret aku dari lurung ke lurung
yang menombak dan memaku aku di tiang gantung
Manusia itu baik. Kelaliman hanya kesesatan
sesaat yang akan luluh dalam penyesalan.
Bagi nabi, pemikir dan penyair hanya ada satu jalan
untuk menghadapi kekejaman. Bagi kami tak ada senjata,
gigi, kuku atau pedang. Hanya penyerahan dan cinta
kepada manusia dan keyakinan akan kebenaran.
Jangan bimbang. Darahku yang berceceran
dari luka tubuhku akan mendekatkan mereka
kepada keinsafan: mereka telah membunuh sesama insan
yang juga mengenal gembira, rindu dan luka
Mereka akan berhenti mengancam, malahan akan mencampakkan diri

ke bumi karena menyadari kekejian budi
Ibu, maafkan mereka. Mereka tidak sadar
apa yang mereka perbuat. Tidakkah kau dengar
mereka berkeluh dan mundur ke kota dengan teriak
penyesalan"?

-- Aduh anak
Aduh putera Bapak yang tunggal. Begitu banyak
pengorbanan yang dilakukan, begitu banyak sudah
bunuh diri buat keagungan martabat manusia.
Tapi penindasan
terus menindih dan punah keindahan mimpi
Lihatlah
Keluh mereka adalah untuk yang dilontarkan ke mukamu
Dan mundur mereka ke kota adalah untuk berpesta
menyambut kematian-Mu
-- "Bunda, penglihatanmu kabur oleh pedih air mata"
-- "Tidak, hanya hati-Mu yang lemah cinta manusia
Cinta Tuhan lebih kejam. Ia meruntuhkan alam lata".
-- Demi Allah,
Berilah aku senjata. Beri aku gigi
dan kuku dan pedang untuk memerangi
kebengisan ini. Akan kugigit dan robek
perut jahanam dan penggal setiap kepala
yang tunduk ke bumi. Beri aku hidup lagi
serta pembalasan satu ini. Gusti!

1962

Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Drama Penyaliban dalam Satu Adegan" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan peristiwa dramatis dengan nuansa religius dan penuh makna. Puisi ini menghadirkan narasi yang intens dan emosional, memperlihatkan konflik antara keadilan dan penindasan.

Tema Penderitaan dan Pengorbanan: Puisi ini mengangkat tema penderitaan dan pengorbanan melalui gambaran dramatis penyaliban. Domba hitam yang terbantai di tiang menjadi simbol pengorbanan yang besar. Penderitaan seorang ibu yang meratap kematian anak sulungnya menunjukkan kepedihan dan kesedihan yang mendalam.

Kritik terhadap Kelaliman dan Penyesalan: Penyair mengeksplorasi tema kelaliman dan penyesalan. Penyaliban dianggap sebagai kesesatan sesaat yang akan luluh dalam penyesalan. Pesan ini mencerminkan keyakinan pada kebaikan batin manusia yang bisa menyadari dan meminta maaf atas tindakannya.

Penyerahan dan Cinta sebagai Jawaban: Puisi ini mencerminkan pandangan bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi kekejaman adalah dengan penyerahan dan cinta. Penyair menegaskan bahwa tidak ada senjata atau kekuatan fisik yang dapat melawan kekejaman, melainkan hanya penyerahan diri dan cinta kepada sesama manusia serta keyakinan pada kebenaran.

Dialog dan Narasi Dramatis: Struktur puisi ini membangun dialog dan narasi dramatis yang membawa pembaca ke dalam suasana yang penuh ketegangan dan perasaan. Dialog antara ibu dan anak, serta antara penderita dan pembaca, memberikan dimensi kemanusiaan yang kuat.

Kontras dan Ironi: Puisi ini menggunakan kontras dan ironi untuk menggambarkan keadaan yang paradoksal. Meskipun terjadi penyaliban dan penderitaan, penyair menawarkan pandangan bahwa melalui kejadian tersebut, orang-orang akan mendekatkan diri kepada keinsafan dan menyadari kekejian dalam diri mereka sendiri.

Keinginan Balas Dendam dan Ketidakpuasan: Dalam bagian kedua puisi, terdapat ungkapan keinginan balas dendam dan ketidakpuasan terhadap keadaan. Anak yang merintih meminta senjata, gigi, dan kuku untuk memerangi kebengisan menunjukkan sikap penolakan terhadap penindasan dan keinginan untuk melawan.

Puisi "Drama Penyaliban dalam Satu Adegan" bukan hanya sekedar puisi, melainkan karya sastra yang mengangkat tema-tema fundamental kemanusiaan. Subagio Sastrowardoyo menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran dramatis untuk menyampaikan pesan-pesan tentang pengorbanan, penyesalan, cinta, dan penyerahan diri. Puisi ini membangkitkan emosi dan pemikiran, mengajak pembaca untuk merenung tentang makna hidup dan kemanusiaan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Drama Penyaliban dalam Satu Adegan
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.