Puisi: Gobang (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi: Gobang Karya: Raudal Tanjung Banua
Gobang (1)


Di Kampung Seong
kami membakar perahu kwankong
dan rumah buat engkong
juga uang emas dan perak
kue bulan dan sepoci arak.

Sambil memanggil dewa langit
dewa bumi
dewa dapur
dan dewa pribumi
kami panjatkan permintaan
semoga dagangan laris
umur panjang
gampang jodoh
anak dan istri tak ada yang menangis.

Kami juga berdoa
semoga kampung kami selalu dijaga
dari bara sekam yang mengancam.

Di Kampung Seong
di depan altar
kami membakar ketakutan
dan dendam
yang terseret sepanjang kali.

Semarang, 31 Juli 2009


Gobang (2)

Pernahkah kau dengar dongeng tentang semangka
buah yang harus kau bawa ke gerbang penghabisan
dan kau pecahkan di tiap simpang jalan?

Pernahkah kau dengar dongeng tentang semangka
satu-satunya buah yang tak tumbuh di kerajaan surga?

Harum segar
seperti dara ranum yang baru mekar
daging yang berbiji
seperti dosa yang terselip di hati.

Saat sebuah Gobang membelahnya
sebutir semangka membukakan kisahnya.

Semarang, 3 Agustus 2009


Gobang (3)

Tak ada rindu di tikung baru
Sunan kuning dan Gambilangu
yang ada hanya cinta palsu
dan ranjang yang bermata jalang
di balik kelambu ungu yang pudar
kami bercumbu dengan liar.

Bersama coro yang berbau congyang
dan tikus got yang kedinginan
kami berenang di kegelapan
mengaca di comberan
pangling dengan wajah sendiri.

Kami bertahan di gubuk-gubuk dan gunungan sampah
mendengarkan batin yang gelisah
rawa-rawa telah berubah
di atasnya berdiri rumah-rumah mewah.

Kemiskinan dan kebodohan
mengepung, seperti air laut yang mengepung dari segala penjuru.

Karena cuaca selalu kelam
kami memilih jalan malam
jalan satu jurusan
tanpa arah untuk pulang.

Semarang, 8 Agustus 2009


Puisi: Gobang
Puisi: Gobang
Karya: Beno Siang Pamungkas
© Sepenuhnya. All rights reserved.