Analisis Puisi:
Puisi "Golgota" karya Dimas Arika Mihardja menghadirkan gambaran yang kuat dan mendalam tentang pengorbanan dan penderitaan, terutama dengan referensi pada simbol-simbol keagamaan, khususnya dalam tradisi Kristen.
Golgota sebagai Simbol Pengorbanan: Puisi ini menggunakan istilah "Golgota," yang secara langsung merujuk kepada bukit tempat penyaliban Yesus Kristus dalam tradisi Kristen. Golgota menjadi simbol pengorbanan dan penderitaan yang besar. Pemilihan kata "Golgota" membawa konotasi religius yang kuat, mengingatkan pembaca pada momen sakral dalam sejarah agama.
Luka dan Mahkota Duri: Puisi menciptakan gambaran luka dan mahkota duri, dua elemen yang menjadi ciri khas penyaliban Yesus. Luka yang "menganga di dada" dan mahkota duri di kepala menciptakan citra penderitaan dan pengorbanan, sementara "kasih seputih melati" menghubungkan tema penderitaan dengan simbol-simbol kebaikan dan cinta.
Pemberian Arti pada Cinta: Penggunaan frase "memberi arti cinta" mengajukan pertanyaan mendalam tentang makna sejati dari cinta. Penderitaan yang disampaikan melalui gambaran Golgota menjadi perwujudan tertinggi dari cinta yang suci dan penuh pengorbanan, memberikan dimensi spiritual pada tema cinta.
Simbolisme Melati: Melati di sini menjadi simbol kebaikan dan kebersihan di tengah-tengah penderitaan. Penggunaan warna putih yang melambangkan kemurnian menyatukan tema kasih dan penderitaan, menciptakan kontras yang kaya dan memberikan harapan di tengah kegelapan.
Ekspresi Penderitaan dan Keagungan Pengorbanan: Puisi ini mencampurkan ekspresi penderitaan dengan keagungan pengorbanan. Bahasa yang digunakan menciptakan suasana yang penuh makna dan memberikan dimensi spiritual pada tema penderitaan, mengajak pembaca untuk merenungkan arti mendalam di balik pengorbanan.
Puisi "Golgota" adalah suatu karya yang menggambarkan penderitaan dan pengorbanan dengan memanfaatkan simbol-simbol keagamaan, mengajak pembaca untuk merenungkan makna cinta sejati dan kebesaran pengorbanan dalam konteks keagamaan.
Karya: Dimas Arika Mihardja