Puisi: Istana Babi (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi "Istana Babi" karya Beno Siang Pamungkas memprovokasi pemikiran pembaca dengan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang kontroversial.
Istana Babi
(dari Beno Siang Pamungkas, untuk Kalian)


Di kerajaanmu, di tepi mimpi,
empat belas genjik, menyerbu tetekmu.

Di ranjang yang gentar
kueja sepi mengabur
kudekap sedih melacur

Pangeran yang kau tunggu, lewat minggu lalu
dari balik pintu, samar-samar hujan berbau kuburan.


Semarang, 7 Oktober 2008

Analisis Puisi:
Puisi "Istana Babi" karya Beno Siang Pamungkas adalah sebuah karya sastra yang menampilkan gambaran yang provokatif tentang kekuasaan, keinginan, dan ketidakpuasan. Puisi ini memprovokasi pemikiran pembaca dengan penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang kontroversial.

Kekuasaan dan Kemewahan: Puisi ini dibuka dengan gambaran kerajaan yang mewah, yang dapat dianggap sebagai metafora untuk kekuasaan dan kemewahan. Namun, gambaran tersebut segera berubah menjadi sesuatu yang kontroversial dengan penggunaan kata-kata yang kasar dan vulgar. Hal ini menciptakan kontras yang tajam antara kemewahan dan ketidakpuasan yang tersirat dalam puisi.

Kekuasaan yang Korup: Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidakpuasan dan korupsi di dalam kerajaan tersebut. Penggunaan kata "genjik" menggambarkan individu-individu yang tidak bermoral dan mungkin terlibat dalam tindakan-tindakan yang tidak senonoh. Ini menciptakan gambaran tentang kekuasaan yang korup dan moralitas yang hancur.

Kehidupan yang Kacau: Dalam puisi ini, penyair mengekspresikan suasana hati yang kacau dan ketidakpuasan. Ranjang yang "gentar," kesepian yang "mengabur," dan pelukan yang "melacur" menciptakan gambaran tentang kehidupan yang kacau dan penuh dengan kebingungan.

Kecewa Terhadap Harapan: Puisi ini menciptakan gambaran pangeran yang ditunggu-tunggu, tetapi yang datang "samar-samar hujan berbau kuburan." Hal ini mencerminkan tema kecewa terhadap harapan dan impian yang tidak terwujud. Penyair mungkin ingin menggambarkan bagaimana realitas bisa jauh dari harapan.

Provokasi dan Kritik: Puisi "Istana Babi" adalah contoh dari karya sastra yang menggunakan bahasa dan gambaran yang provokatif untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang kekuasaan, ketidakpuasan, dan moralitas. Puisi ini bisa dianggap sebagai kritik terhadap kekuasaan yang korup dan kemewahan yang tidak berarti, serta penggambaran yang sangat emosional tentang ketidakpuasan dan kebingungan dalam kehidupan.

Secara keseluruhan, puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan tentang makna kekuasaan, keinginan, dan moralitas dalam kehidupan manusia. Meskipun bahasa dan gambaran yang digunakan mungkin kontroversial, mereka menciptakan kesan yang kuat dan mengekspresikan perasaan dan pemikiran yang mendalam.

Puisi: Istana Babi
Puisi: Istana Babi
Karya: Beno Siang Pamungkas
© Sepenuhnya. All rights reserved.