Puisi: Jalan-Jalan di Bumi (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Jalan-Jalan di Bumi" karya Raudal Tanjung Banua menggambarkan perjalanan manusia di dunia dengan penuh refleksi filosofis dan ....
Jalan-Jalan di Bumi
: Subagio Sastrowardoyo (1924-1995)


Jalan-jalan di bumi tidak membawa kita pergi
dari bumi, hanya menghantar ke dunia
sunyi dan kata-kata, di mana terlantar
mereka yang tak berdaya dan tak pasti makna berita:
            bumi atau duniakah yang kita cinta?

Bumi dan dunia apalah beda!
Bagai seorang sirkus peniti tali
kita tak tahu, jatuh ke kanan atau ke kiri
lebam di bumi, dan terluka
dunia memintanya kembali
maka ada barangkali: bumi ibu sejati,
menerima segala dengan kasih. Dan dunia
adalah sabda yang senantiasa meminta
kita tabu menyerah,
bangkit dan bangkit lagi
dalam adonan sepotong roti tawar
diterbangkan angin sakal waktu malam
tercelup sungai tohor dan kali dangkal.

Jalan-jalan melingkar ke pusat dunia
jalan-jalan bercabang mengkhianati dunia
jalan-jalan di bumi kabut di peta
sejak itu, bukan oksigen atau ozon
menyelimuti bumi kita
tapi kata-kata
di mana terlontar firman pertama
dan bangkit ia yang menderita: bumi atau duniakah
yang bakal lebih dulu musnah?


Yogyakarta, 2007

Analisis Puisi:
Puisi "Jalan-Jalan di Bumi" karya Raudal Tanjung Banua menggambarkan perjalanan manusia di dunia dengan penuh refleksi filosofis dan pertanyaan tentang makna eksistensi.

Pertentangan Bumi dan Dunia: Puisi ini memulai dengan pertanyaan tentang perbedaan antara "bumi" dan "dunia". Dalam konteks puisi ini, "bumi" mungkin mencerminkan sisi alami dan esensial dari eksistensi, sementara "dunia" mengacu pada kompleksitas dan kebingungan dunia manusia yang diciptakan oleh kata-kata dan tindakan mereka.

Pilihan Kata: Penulis menggunakan kata-kata dengan hati-hati untuk membangun pertentangan antara "bumi" dan "dunia." Penggunaan kata-kata seperti "sunyi," "terlantar," dan "tak pasti makna berita" menciptakan suasana kesepian dan ketidakpastian yang mengelilingi dunia manusia.

Ketidakpastian Manusia: Puisi ini menyoroti ketidakpastian manusia dalam menjalani kehidupan. Perumpamaan tentang "seorang sirkus peniti tali" yang tidak tahu apakah dia akan jatuh ke kanan atau ke kiri mencerminkan kondisi manusia yang sering kali merasa tidak memiliki kendali atas nasib mereka.

Keterikatan pada Kata-Kata: Puisi ini menyoroti keterikatan manusia pada kata-kata dan bahasa sebagai alat utama untuk memahami dan mengartikan dunia mereka. Kata-kata dipandang sebagai alat yang kuat yang menciptakan makna dalam kehidupan manusia.

Kontras Bumi dan Dunia: Penekanan pada perbedaan antara "bumi" dan "dunia" menciptakan kontras yang kuat dalam puisi ini. Bumi digambarkan sebagai tempat yang menerima segala sesuatu dengan kasih, sedangkan dunia merupakan sabda yang terus meminta manusia untuk terus berjuang dan bangkit.

Makna Eksistensial: Puisi ini mengeksplorasi pertanyaan eksistensial tentang makna hidup manusia di dunia ini. Puisi ini mempertanyakan apakah bumi atau dunia yang akan lebih dulu musnah, menggarisbawahi kerapuhan eksistensi manusia dalam perbandingan dengan dunia alam.

Puisi "Jalan-Jalan di Bumi" adalah sebuah karya yang penuh refleksi dan pertanyaan tentang makna eksistensi manusia. Dengan kontras antara "bumi" dan "dunia," penulis menggambarkan ketidakpastian dan kerapuhan manusia dalam menghadapi dunia yang kompleks dan membingungkan. Puisi ini mengajukan pertanyaan filosofis yang mendalam tentang peran kata-kata dan makna dalam hidup manusia.

Puisi: Jalan-Jalan di Bumi
Puisi: Jalan-Jalan di Bumi
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.