Puisi: Jika Hari Rembang Petang (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Jika Hari Rembang Petang" karya Subagio Sastrowardoyo menghadirkan gambaran tentang perubahan, refleksi, dan dinamika hubungan dalam kehidupan.
Jika Hari Rembang Petang

Jika hari rembang petang
tidak berarti permainan bakal selesai
dan boleh tinggalkan gelanggang

hanya peranan bertukar
dari pemain di dalam
menjadi penonton di luar

kita lantas memasuki ruang penuh cahaya
dan melihat bayang
terlempar di layar

kita bisa jaga dan menatap semalam suntuk

hari sudah tinggi
kau tak berbenah?

di bawah bayang senja
setiap barang nampak indah

muka-muka yang lelah
berbinar di redup sinar

di antara kita berdua, kekasih
siapa dulu akan terkapar?

Sumber: Keroncong Motinggo (1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Jika Hari Rembang Petang" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang perubahan suasana dan dinamika hubungan di antara dua individu.

Permainan Hidup: Penyair mengawali puisi dengan gambaran tentang hari yang memasuki waktu petang, sebuah metafora tentang perubahan dan transisi dalam kehidupan. Meskipun hari mendekati senja, ini tidak berarti akhir dari segalanya. Penyair menekankan bahwa meskipun satu fase berakhir, permainan kehidupan masih berlanjut.

Transisi Peran: Dalam puisi ini, ada peralihan peran dari pemain menjadi penonton. Hal ini menggambarkan perubahan dinamika hubungan atau situasi di kehidupan. Ada momen ketika seseorang harus beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini, baik secara sadar maupun tidak.

Refleksi dan Introspeksi: Penyair mengajak pembaca untuk merenung dan menatap ke dalam diri sendiri. Pergeseran dari gelanggang permainan ke ruang penuh cahaya menjadi peluang untuk refleksi dan introspeksi. Cahaya senja menciptakan suasana yang memungkinkan individu untuk melihat dirinya sendiri dan hubungannya dengan lingkungan sekitar.

Keindahan dalam Kesendirian: Pada bagian akhir puisi, penyair menyoroti keindahan yang bisa ditemukan dalam kesendirian dan momen-momen terakhir hari. Meskipun lelah, keindahan senja membuat segalanya terlihat indah, dan muka-muka yang lelah bisa berbinar di bawah sinar senja.

Dinamika Hubungan: Pertanyaan terakhir dalam puisi, "di antara kita berdua, kekasih, siapa dulu akan terkapar?" menggambarkan ketidakpastian dalam hubungan. Ini bisa menjadi refleksi tentang dinamika hubungan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

Puisi "Jika Hari Rembang Petang" karya Subagio Sastrowardoyo menghadirkan gambaran tentang perubahan, refleksi, dan dinamika hubungan dalam kehidupan. Melalui metafora hari yang memasuki senja, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang peralihan peran, introspeksi diri, dan keindahan dalam kesendirian. Puisi ini mengundang pembaca untuk menelaah makna yang lebih dalam tentang kehidupan dan hubungan antarmanusia.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Jika Hari Rembang Petang
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.