Puisi: Kampung (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Kampung" karya Subagio Sastrowardoyo mencerminkan perasaan keterbatasan, kebosanan, dan keinginan untuk merdeka dari norma-norma sosial yang ..
Kampung


Kalau aku pergi ke luar negeri, dik
karena hawa di sini sudah pengap oleh
pikiran-pikiran beku.
Hidup di negeri ini seperti di dalam kampung
di mana setiap orang ingin bikin peraturan
mengenai lalu lintas di gang, jaga malam
dan daftar diri di kemantren.

Di mana setiap orang ingin jadi hakim
dan berbincang tentang susila, politik dan agama
seperti soal-soal yang dikuasai.

Di mana setiap orang ingin jadi hakim
dan mengroyok keluarga berdangsa, orang asing
dan borjuis yang menyendiri
Di mana tukang jamu disambut hangat,
dengan perhatian dan tawanya.

Di mana ocehan di jalan lebih berharga
dari renungan tenang di kamar.
Di mana curiga lebih mendalam dari cinta dan percaya

Kalau aku pergi keluar negeri, dik
Karena ingin merdeka dan menemukan diri.


Sumber: Simfoni Dua (1990)

Analisis Puisi:
Puisi "Kampung" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya yang mencerminkan perasaan keterbatasan, kebosanan, dan keinginan untuk merdeka dari norma-norma sosial yang mengikat individu di dalam suatu komunitas, yang disimbolkan sebagai "kampung."

Rasa Terpenjara: Puisi ini mencerminkan perasaan terpenjara atau terbatas yang dirasakan oleh penyair di dalam lingkungan "kampung." Dia merasa hawa di sana sudah "pengap" karena pikiran-pikiran dan norma-norma sosial yang mengikatnya. Ini bisa diartikan sebagai perasaan terkekang oleh konvensi sosial dan ekspektasi komunitas.

Keinginan untuk Merdeka: Penyair ingin pergi ke luar negeri untuk merasa merdeka dan menemukan dirinya sendiri. Keinginannya untuk merdeka bisa diartikan sebagai keinginan untuk membebaskan diri dari norma-norma kampung yang membatasi ekspresi diri dan pemikiran bebas.

Kritik terhadap Norma Sosial: Puisi ini secara tersirat mengkritik norma-norma sosial yang ada di kampung. Penyair merasa bahwa setiap orang di sana ingin mengatur peraturan lalu lintas di gang, mengambil peran hakim, dan berbicara tentang hal-hal seperti susila, politik, dan agama. Ini menciptakan suasana yang membatasi dan memaksa individu untuk mengikuti norma-norma ini.

Kehilangan Kepribadian: Penyair merasa bahwa hidup di kampung telah membuat orang-orang kehilangan diri mereka sendiri. Mereka lebih fokus pada peran dan ekspektasi sosial daripada mengejar kebebasan individu dan pemahaman diri.

Perbandingan dengan Luar Negeri: Penyair melihat luar negeri sebagai tempat di mana dia bisa mengejar kemerdekaan dan menemukan dirinya sendiri. Perbandingan ini menunjukkan bahwa dia melihat dunia luar sebagai tempat di mana individu memiliki lebih banyak kebebasan untuk hidup sesuai dengan keinginan mereka.

Puisi "Kampung" menggambarkan perasaan keterbatasan dan keinginan untuk merdeka dari norma-norma sosial yang ada di suatu komunitas atau kampung. Ini adalah ekspresi perasaan penyair tentang pentingnya pemahaman diri dan kebebasan individu dalam menghadapi norma sosial yang mengikat.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Kampung
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.