Ke Barat dari Lovina (1)
(bersama tsabit & ida)
Sulur-sulur anggur menggoda kami di jalan lurus
Matahari memerah. Di antara tiang-tiang kayu junjungan,
di bukit landai dan pantai yang kurus
menjulur batang-batang karma merindukan api penyulingan
gelas dan darah perjamuan
Maka kami pejamkan mata sejenak mengenang
panjang perjalanan. Ada yang berdentang di hati kami,
ada yang pecah, retak berkeping. Tapi ada pula menyatu:
segala buih, desir pasir, smaraman ombak, segala yang tak kami tahu
jadi piala bening kaca selusin anak lumba-lumba
meluncur di sisi perahu - di sisi mana kami berpacu
Tapi tidak. Sebagai piala dari laut dan pantai kesunyian,
kamilah yang meluncur - di jalan lurus
memburunya ke cakrawala yang kini memerah, entah warna matahari
atau merah anggur darah
dari altar para dewa
Ke Barat dari Lovina (2)
Pucuk-pucuk lontar menggapai kami selepas tikungan
Padang datar sehening batu. Dalam semak-semak
seekor ular sumbing mengintai buah dan piala yang kami
dekap
lekat ke dada. Seekor menjangan luka
menggoreskan darahnya pada tanah
Kami pun khusuk berdoa, sebelum tengadah
menampak garis nasib kami tergurat di daun-daun lontar
yang bergerak perlahan seperti kipas di tangan penari piring:
ada yang lepas, yang tidak pada tempatnya, jatuh ke padang datar
Ada yang tumbuh diam-diam dari tikungan ke tikungan
seperti doa-doa kami mencari alamat pengaduan.
2011
Puisi: Ke Barat dari Lovina
Karya: Raudal Tanjung Banua