Lilin untuk Rama
Lilin itu biarlah menyala sepanjang waktu. Telah kita nyalakan lilin diri, tak lelah leleh di beranda dada. Lihatlah nyala itu, cahaya yang berCahaya di remang galengan hingga rumput di sepanjang jalan turut menyebutmu sebagai doa.
Lilin itu biarlah tetap menyala di dadamu. Hingga mawar itu mengelopak di lapak pasar loak menjajakan sandang-papan-pangan sebagai bekal perjalanan. Kau tak perlu tahta itu. Kembalilah masuk ke relung pertapaan. Di sana senyap akan menyergap dan gemerlap.
Lilin itu terus nyala di kerling matamu, Rama!
Jambi, 7 Mei 2010
Karya: Dimas Arika Mihardja