Puisi: Manisku (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Manisku" tidak hanya menggambarkan cinta sebagai perasaan, tetapi juga sebagai perjalanan yang penuh dengan keinginan, perjuangan, dan ...
Manisku
(Faradina & Ula)


Kucing dalam darah mengeong dengan resah
menjilat-jilat bibir malam. Ia ingin membuka rahasia
cinta dengan berjuta doa.

Kucing dalam aortaku berontak. Lasak. Lari
menabrak dan masuk ke dalam gelap. Mataku berkilau
serupa cahaya lampu yang berkelip
dalam dadamu.

Seperti kata-kata ia melata, merayap, berkelebat
jalin-menjalin menjadi frasa
untai-menguntai menjadi wacana
terangkai jadi permata yang kukalungkan pada lehermu:
kekasih!


Jambi, 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Manisku" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan perasaan cinta melalui metafora kucing yang mengeong dalam darah. Dengan penuh imajinasi, penyair menciptakan suasana misterius dan romantisme.

Metafora Kucing: Kucing digambarkan sebagai simbol cinta dan keinginan yang merayap di dalam darah. Keonaran kucing menciptakan ketegangan dan kegembiraan, yang mencerminkan dinamika perasaan cinta yang intens.

Eksplorasi Dalam: Kucing dalam darah dan aortaku digambarkan sebagai sesuatu yang merontak dan lasak, menciptakan citra perjuangan dan keinginan yang kuat. Eksplorasi dalam diri dan perasaan menyiratkan bahwa cinta bukanlah hal yang lembut, tetapi penuh dengan perjuangan.

Kiasan Cahaya Lampu: Mata yang berkilau seperti cahaya lampu menciptakan atmosfer yang penuh keintiman. Ini bisa diartikan sebagai keceriaan atau kegembiraan dalam perasaan cinta, serta secercah harapan yang menyinari hubungan.

Perjalanan Frasa: Perjalanan kucing yang merayap dan melata, kemudian jalin-menjalin menjadi frasa dan wacana, menciptakan citra perjalanan yang panjang dan berkelok-kelok dalam hubungan cinta. Ini mungkin menggambarkan evolusi dan kompleksitas cinta seiring waktu.

Permata sebagai Lambang Cinta: Penyair menyelesaikan puisi dengan menggambarkan kata-kata yang menjadi permata yang diikatkan pada leher kekasih. Ini bisa diartikan sebagai hadiah cinta yang berharga dan berkilau, atau mungkin juga sebagai simbol komitmen yang kuat.

Puisi "Manisku" tidak hanya menggambarkan cinta sebagai perasaan, tetapi juga sebagai perjalanan yang penuh dengan keinginan, perjuangan, dan keindahan. Melalui metafora dan kiasan yang kuat, Dimas Arika Mihardja berhasil menciptakan sebuah lukisan puitis yang mengajak pembaca untuk merenung tentang makna dan dinamika cinta.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Manisku
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.