Analisis Puisi:
Puisi "Mengayuh Biduk" karya Dimas Arika Mihardja menghadirkan gambaran yang kaya akan imaji dan perasaan, menggambarkan perjalanan di atas biduk di atas air menuju pulau-pulau yang mempunyai makna dan misteri tersendiri.
Imaji Alam dan Perjalanan: Puisi ini dimulai dengan gambaran biduk yang mengayuh di atas air, membawa ari (udara) melintasi pulau-pulau yang penuh dengan makna. Imaji tentang perjalanan biduk di atas air menciptakan suasana yang tenang namun juga misterius, menyoroti perjalanan spiritual atau perjalanan ke dalam diri sendiri.
Personifikasi Nelly: Nelly digambarkan sebagai "sajak yang paling tua", menekankan pentingnya puisi atau seni sebagai sarana untuk merenungkan kehidupan dan menghadapi kerumitan eksistensi. Nelly juga mewakili kehadiran yang kuat dan menginspirasi dalam hidup penyair, memberikan warna pada gerak malam dan keindahan alam.
Eksplorasi Kota Mimpi: Penyair menggambarkan perjalanan bersama Nelly dalam menjelajahi "kota mimpi", tempat di mana imajinasi dan kreativitas tak terbatas berkembang. Bersama-sama, mereka membakar matahari, menjelajahi kerinduan bintang, dan meledakkan perkampungan mimpi, menciptakan dunia yang magis dan penuh makna.
Simbolisme Sungai Batanghari: Puisi ini berakhir dengan penyebutan penguburan rumah bangkai di dasar sungai Batanghari pada dini hari. Sungai Batanghari mungkin melambangkan aliran kehidupan dan waktu yang terus berjalan, sementara penguburan rumah bangkai mungkin mencerminkan upaya untuk melepaskan masa lalu yang menyedihkan atau menyakitkan.
Makna dan Pesan: Puisi "Mengayuh Biduk" adalah sebuah perjalanan emosional dan spiritual yang diilustrasikan melalui imaji alam dan perjalanan fisik. Puisi ini menyoroti pentingnya imajinasi, kreativitas, dan refleksi dalam menjelajahi makna hidup dan keberadaan manusia di dunia ini.
Dengan demikian, puisi "Mengayuh Biduk" bukan hanya sekedar kumpulan kata-kata, tetapi merupakan karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenungkan dan menggali makna yang lebih dalam dari setiap barisnya.
Karya: Dimas Arika Mihardja