Puisi: Menyisir Pantai (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Menyisir Pantai" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan keindahan alam pantai sambil merentangkan nuansa cinta.
Menyisir Pantai (1)


Kembali kuterjemahkan arah kaki menyisir pantai memaknai kilau butir pasir yang terus berdesir menikmati dingin riak dan cambuk ombak yang menderas mengabadikan bayangmu di cakrawala senja.

Wajahmu mengambang berenang ke tepian hatiku.

O, aku tak ingin melenggang menuju pulang sebelum mendekap cintamu!


Menyisir Pantai (2)


Ingin kuajak kaki kalian menyisir pantai landai menghitung desir pasir, kerikil, dan bebatuan lumutan. Lidah ombak tak lelah menjilati bibir pantai. Berpasang camar gemetar di tiang layar bertahan dari hantaman badai.

Kapal dan perahu melaju di hati merindu, merapat di dermaga cintamu. Ada juga kerang, teripang, dan aneka bayang menggenang dan menggunung di dada Yessika. Kiblat, niat dan tekad menjadi karang, tempat burung membangun sarang. Karang itu telunjuknya lurus ke langit.

Di pantai, bertemu dua dunia: laut dan darat bayang maut dan isyarat tamat. Angin mengendap di darat dan laut mendeburkan gelora denyut hidup. Darat dan laut berpagut dan kita di sini saling renggut!


Jambi, 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Menyisir Pantai" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan keindahan alam pantai sambil merentangkan nuansa cinta.

Kilau Butir Pasir dan Desiran Ombak: Penggunaan kata-kata seperti "kilau butir pasir" dan "desir ombak" memberikan citra keindahan alam pantai. Penyair secara simbolis menyisir pantai untuk memahami kecantikan dan ketenangan yang terkandung dalam setiap detil alam.

Bayangmu di Cakrawala Senja: Pada bagian ini, senja menjadi latar belakang romantis di mana bayangan kekasihnya mengambang. Pilihan kata seperti "menderas" menciptakan gambaran yang hidup dan meromantiskan momen di tepi pantai.

Kembali Kuterjemahkan Arah Kaki: Penyair menggambarkan aksi menyisir pantai sebagai sebuah pengalaman spiritual atau intelektual. Proses "menerjemahkan arah kaki" menciptakan ide bahwa setiap langkah memiliki makna dan interpretasi yang mendalam.

Dermaga Cintamu: Penggunaan "dermaga cintamu" sebagai metafora menyoroti tempat berlabuhnya cinta. Kapal dan perahu melaju menuju dermaga ini, menggambarkan perjalanan cinta yang diharapkan dan diidamkan.

Lidah Ombak Menjilati Bibir Pantai: Gambaran lidah ombak menjilati bibir pantai mengekspresikan keintiman alam, menciptakan perpaduan antara elemen-elemen laut dan daratan yang mewakili perasaan cinta dan keakraban.

Bertemu Dua Dunia: Puisi ini menyatukan dua dunia yang berbeda, laut dan daratan, sebagai representasi dari keberagaman dan kompleksitas hubungan. Di sini, alam semesta menjadi saksi akan pertemuan dua jiwa yang saling menyentuh.

Laut dan Darat Berpagut: Metafora "darat dan laut berpagut" menciptakan citra persatuan dan keterkaitan antara dua entitas tersebut. Kita sebagai pembaca merasakan getaran alam yang hidup dan sejalan dengan dinamika hubungan antarmanusia.

Angin Mengendap di Darat dan Laut Mendeburkan Gelora: Puisi ini menciptakan keadaan yang hidup dan bergejolak melalui personifikasi elemen alam. Angin dan laut memiliki karakteristik manusia, menciptakan kegembiraan dan kerinduan di setiap denyut hidup.

Puisi "Menyisir Pantai" karya Dimas Arika Mihardja bukan hanya menciptakan gambaran indah alam pantai, tetapi juga mengeksplorasi dimensi emosional dan spiritual cinta. Puisi ini menggambarkan keindahan yang mendalam dan makna yang tersembunyi dalam setiap detil alam semesta.

"Puisi: Menyisir Pantai"
Puisi: Menyisir Pantai
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.