Analisis Puisi:
Puisi "Naluri Hayati Iwan dan Tuti" karya Remy Sylado mengeksplorasi tema-tema tabu dan ironi dalam sebuah narasi yang mengandung unsur kejutan dan pengungkapan yang kuat.
Judul yang Menyiratkan Humanisasi: Judul puisi ini, "Naluri Hayati Iwan dan Tuti," secara mengejutkan menciptakan asumsi bahwa Iwan dan Tuti adalah karakter manusia. Namun, pemahaman kita tentang mereka berubah seiring dengan kemajuan narasi, membawa kita pada pemahaman baru yang tidak terduga.
Penggunaan Bahasa yang Provokatif: Sylado menggunakan bahasa yang provokatif dan gambaran yang ekspresif untuk menyampaikan gambaran adegan yang liar dan tak terduga. Penggunaan kata-kata seperti "bertelanjang bulat," "menyetubuhi," dan "gregetan" memberikan nuansa sensual dan kasar pada narasi.
Ironi dan Kritik Sosial: Puisi ini menciptakan ironi dan kritik sosial yang tajam terhadap norma-norma seksual dan moral dalam masyarakat. Meskipun Iwan dan Tuti hanyalah anjing, penggambaran adegan intim antara mereka dan reaksi acuh tak acuh dari tokoh-tokoh masyarakat menggambarkan hipokrisi dan ketidaktahuan manusia terhadap realitas sebenarnya.
Penokohan dan Metafora: Iwan dan Tuti, yang pada akhirnya terungkap sebagai anjing jantan dan betina, menjadi metafora untuk keseragaman dan naluri alami dalam hubungan seksual. Meskipun narasi ini absurd dan membingungkan, itu merangsang pemikiran kritis tentang norma-norma yang diterima dalam masyarakat.
Penggunaan Humor Gelap: Sylado menggunakan humor gelap untuk menghadirkan kegilaan dan keanehan situasi, yang pada gilirannya membawa pembaca pada refleksi yang mendalam tentang norma-norma seksual dan moral yang mendasari masyarakat.
Dengan demikian, puisi "Naluri Hayati Iwan dan Tuti" adalah puisi yang provokatif dan kontroversial yang menghadirkan gambaran yang kuat tentang norma-norma seksual dan moral dalam masyarakat, sambil memancing pemikiran kritis tentang manusia dan naluri alaminya.
Karya: Remy Sylado