Puisi: Reklame Bunuh Diri (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi "Reklame Bunuh Diri" karya Beno Siang Pamungkas mengangkat tema keputusan drastis seseorang yang mengambil langkah untuk mengakhiri hidupnya ...
Reklame Bunuh Diri


Mungkin ini terdengar konyol, atau tepatnya bodoh
seorang lelaki menyerahkan lehernya
dan menyatakan cinta
kepada seseorang yang tak mungkin dimilikinya.

Kadang-kadang hidup memang terasa tidak adil,
terutama bagi si pandir dan pengecut.

Tentu saja kau boleh kecewa,
dan menyebutku pecundang.

Namun ini semua bukan ideku.
Semata-mata, dan hanya semata-mata demi kebaikanmu.

Aku bukanlah pohon yang baik
yang bakal berbuah ketika musimnya tiba.
Aku hanyalah gelembung sabun.
Sekilas memang penuh warna.
Berikutnya kosong dan musnah.

Tapi seseorang memang berhak menentukan akhir hidupnya.
Dan aku memasang iklan duka cita ini dengan penuh kesadaran.
Aku ingin mati dengan cara yang tak pernah kau duga.
Jangan menangis.
Tunggu saja beritanya besok pagi.


2011

Analisis Puisi:
Puisi "Reklame Bunuh Diri" karya Beno Siang Pamungkas mengangkat tema keputusan drastis seseorang yang mengambil langkah untuk mengakhiri hidupnya. Puisi ini menggambarkan perasaan putus asa, ketidakadilan, dan keputusasaan yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekstrem.

Puisi dimulai dengan pengakuan bahwa tindakan seseorang yang menyerahkan lehernya dan menyatakan cinta kepada seseorang yang tak mungkin dimilikinya mungkin terdengar konyol atau bodoh. Hal ini mencerminkan perasaan putus asa dan perjuangan yang sia-sia dalam mencapai sesuatu yang diinginkan namun tidak mungkin terjadi.

Penyair mengungkapkan bahwa hidup terkadang terasa tidak adil, terutama bagi orang yang pandir dan pengecut. Ini menggambarkan perasaan ketidakadilan dan perjuangan yang dirasakan oleh individu yang merasa lemah atau tidak berdaya dalam menghadapi kehidupan.

Penyair mengakui bahwa keputusan tersebut dapat mengecewakan dan dapat menyebutnya pecundang. Namun, penyair menjelaskan bahwa tindakan tersebut bukanlah ide pribadinya semata, melainkan dilakukan demi kebaikan orang yang dicintainya. Ini menunjukkan adanya perasaan terikat dan dorongan untuk melindungi orang yang dicintai dari kehidupan yang tidak adil atau tidak bahagia.

Puisi dilanjutkan dengan pernyataan bahwa penyair bukanlah pohon yang baik yang berbuah pada musimnya. Hal ini menggambarkan perasaan tidak berharga dan kehampaan dalam menjalani hidup. Penyair membandingkan dirinya dengan gelembung sabun yang pada awalnya penuh warna namun segera menjadi kosong dan musnah.

Penyair menekankan hak seseorang untuk menentukan akhir hidupnya sendiri dan memasang iklan duka cita ini dengan penuh kesadaran. Penyair mengungkapkan keinginannya untuk mati dengan cara yang tidak pernah terduga, dan menginstruksikan agar tidak ada air mata yang ditumpahkan. Ia meminta agar orang lain menunggu berita tersebut di pagi hari.

Secara keseluruhan, puisi "Reklame Bunuh Diri" menggambarkan perasaan putus asa, keputusasaan, dan ketidakadilan yang mendorong seseorang untuk mengambil tindakan ekstrem. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas emosi dan perjuangan yang dapat dialami oleh seseorang dalam menghadapi tantangan hidup yang sulit.

"Puisi: Reklame Bunuh Diri"
Puisi: Reklame Bunuh Diri
Karya: Beno Siang Pamungkas
© Sepenuhnya. All rights reserved.