Puisi: Sajak yang Tak Pernah Mati (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Sajak yang Tak Pernah Mati" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan keabadian sajak. Puisi ini menyuarakan ..
Sajak yang Tak Pernah Mati


Sajak menyuarakan puncak derita
yang pernah ditanggung manusia.
Injak, robek atau bakarlah
sajak, jerit sakit masih menyayat
malam sunyi.

Seperti berabad lalu anak Tuhan
sebelum ajalnya di salib berteriak:
"Allah, Allah, mengapa daku
kau telantarkan!" keluh itu

terus berkumandang sampai kini.

Kalau aku mampus, tangisku
yang menyeruak dari hati akan
terdengar abadi dalam sajakku
yang tak pernah mati.


Sumber: Simfoni Dua (1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak yang Tak Pernah Mati" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan keabadian sajak. Puisi ini menyuarakan puncak derita yang pernah ditanggung oleh manusia dan menggambarkan ekspresi emosional yang abadi.

Dalam puisi ini, Subagio Sastrowardoyo menyampaikan pesan tentang ketidakmampuan sajak untuk mati meskipun penulisnya sudah tiada. Ia menggambarkan betapa deritanya manusia, seperti anak Tuhan yang berteriak di atas salib dan mempertanyakan kehadiran Allah dalam penderitaannya. Teriakan itu terdengar abadi dan tetap hidup dalam sajak yang tak pernah mati.

Dalam puisi ini, penulis mengekspresikan kekuatan sajak sebagai sarana untuk mengungkapkan emosi yang mendalam dan abadi. Meskipun penulis telah meninggal, tangisan dan seruan kehidupannya akan terus terdengar dalam karya sastranya yang abadi.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keabadian karya sastra dan kekuatan ekspresi yang tak terbatas dalam puisi. Subagio Sastrowardoyo melalui puisinya mengungkapkan bahwa sajak memiliki kehidupan yang abadi dan memiliki kemampuan untuk menyuarakan emosi dan pikiran yang tak pernah terlupakan.

Dengan kekuatan bahasa dan imajinasi yang kuat, Subagio Sastrowardoyo berhasil menciptakan puisi yang melampaui batas waktu dan tetap relevan di tengah perubahan zaman. Puisi ini menjadi pengingat bahwa kekuatan sastra dapat mempertahankan pesan dan emosi penulisnya selamanya.

Puisi "Sajak yang Tak Pernah Mati" merupakan sebuah penghormatan kepada keabadian sastra dan kekuatan kata-kata yang dapat merajut benang-benang kemanusiaan di sepanjang masa. Karya sastra seperti ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai dan menghayati puisi sebagai bentuk ekspresi yang abadi dan mampu menembus batas-batas kehidupan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Sajak yang Tak Pernah Mati
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.