Sebuah PuisiRekahDi Beranda Dada
(: usai membaca "Surat Cinta" dari Melaka)
Sebuah Puisi
Rekah di beranda dadaku, terada ada denyut
dan aroma maut saat namaku kausebut dan kausambut
benang-benang puisi kujalin sebagai tenun
menonjolkan kaligrafi sebuah hati.
Seperti juga senyum ranum
mekar di atas tikar saat tak lelah kuciumi wajah tengadah
tak kenal menyerah, terus terengah menyebut namamu
"tuan tuhan?", jawab penyair serupa suara desir
"maaf, jiwaku sedang berjalan-jalan mencari sandaran"
Rekah
Daun dan kelopak puisi itu rekah
berkembang menjadi bakal buah.
Di Beranda Dada
Tiada kata
hanya doa mengangkasa
menembus langit hitam awan gemawan
Aku hanya mau kautawan
di beranda rumah cinta
peluh pijar cahaya pelita!
Sanggar Kreasi, 14 September 2011
Puisi: Sebuah Puisi Rekah di Beranda Dada
Karya: Dimas Arika Mihardja