Seorang Lapar
Seorang lapar
meminta nafas kepada batu-batu dan cadas
Kaukah yang menutup mata saat fajar telah membuka?
Si Lapar menaiki bukit, matahari pun jadi
Jadi, inikah bahasa anggur yang kau tuang
ke gelas susu?
Si Lapar mungkin tak pemah tahu
sebab tak ia saksikan kelahiran itu
ia lahir di negeri padi, katamu
tapi tak pernah ia jumpai benih
sungai-sungai susu dalam bahasamu
hanya telaga garam yang keruh
ayah-ibunya terjerambab di situ
oleh lengking pluitmu yang berseteru.
Di tanah ini, humus telah jadi lumut
di laut karang-karang sudah larut
tapi Si Lapar tetap dengan nyanyinya
Sendiri
menunggu gelombang untuk berhanyut
Karena tak ada lagi di sini, katanya
lumbung kami jadi lambung entah siapa
maka dimohonnya nafsu,
akan dikunyahnya batu-batu dan cadas!
Denpasar, 1996
Karya: Raudal Tanjung Banua