Teluk Bayur
Kapal yang sauh
bertolaknya jauh
di tepian pasang masih
engkau berdiri
gamang membatik kain selendang
di dadamu
selingkar bukit membayang
memantul di teluk cerlang
Masih kulihat kereta bara
gerobak pedati tua
di tiap tikungan – lipatan air
genta digalu ikan-ikan...
Ditingkahi terompet lokan
awan merendah kian terbaca
gabaklah mata; tuntas sudah
camar terakhir
menyerahkan sepucuk sayapnya
pada cuaca
Jangan menangis, Dik!
Sebelum kapal bersauh
di pulau-pulau jauh
sepucuk sayapku yang kelabu
akan bangkit mengepak
kepadamu.
Padang-Yogya, 1997-1998
Karya: Raudal Tanjung Banua