Puisi: Trompet (Karya Seno Gumira Ajidarma)

Puisi "Trompet" secara efektif menyajikan gambaran yang kuat tentang kekerasan politik dan ketidakpedulian sosial. Dengan penggunaan bahasa yang ....
Trompet
(– Dili, 12 November 1991)

"Seharusnya kutiup kau malam itu."

Supaya orang-orang yang terbunuh
bangkit lagi dari kematian?

"Seharusnya kutiup kau malam itu."

Supaya mayat-mayat yang dikubur tanpa nisan
menguak tanah yang menguruknya dan
merangkak pelan menuju gubernuran?

"Seharusnya kutiup kau malam itu."

Supaya mereka yang tertembak bisa berjalan
ke gereja dengan tubuh berlubang dan
berdoa dengan darah di mulutnya sehingga
tak ada suara yang terdengar
selain bunyi kebencian?

"Seharusnya kutiup kau malam itu."

Mainkan jazz saja Wynton,
kita tidak bicara politik waktu sarapan.

29 Desember 1991

Analisis Puisi:

Puisi "Trompet" karya Seno Gumira Ajidarma menghadirkan gambaran yang kuat tentang kekerasan dan kebencian dalam konteks politik dan sosial.

Gagasan tentang Kekerasan Politik: Puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia kekerasan politik yang mengerikan. Teks menggambarkan situasi di mana kekerasan dan kematian menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Frasa "orang-orang yang terbunuh" dan "mayat-mayat yang dikubur tanpa nisan" menciptakan citra tragis tentang korban kekerasan politik yang tidak pernah dikenal.

Kritik terhadap Kebisuan dan Ketidakpedulian: Puisi ini juga mengeksplorasi tema ketidakpedulian dan kebisuan terhadap kekerasan. Pembicara dalam puisi mengekspresikan kekesalannya terhadap ketidakpedulian sosial dengan menekankan bahwa suara trompet seharusnya dibunyikan sebagai protes terhadap kekerasan, namun malah terabaikan.

Imajinasi tentang Kebangkitan dan Perubahan: Dalam beberapa baris, penyair menyampaikan harapan akan kebangkitan dan perubahan. Dia menggambarkan gambaran mayat yang bangkit dari kematian, mayat yang mengungkapkan kebenaran dan bergerak menuju perubahan. Namun, realitas kekerasan politik yang dihadapi membuat harapan ini tampak sangat jauh.

Penolakan atas Kebencian dan Kekerasan: Pesan dalam puisi ini menolak kebencian dan kekerasan sebagai bentuk penyelesaian masalah politik. Meskipun suara trompet mungkin mewakili protes yang damai, penyair menolak kekerasan fisik atau kebencian sebagai tanggapan atas keadaan politik yang buruk.

Referensi Musikal: Pemilihan judul "Trompet" dan referensi kepada musik jazz, khususnya Wynton Marsalis, menambah dimensi artistik pada puisi ini. Trompet di sini mungkin merupakan metafora untuk suara protes atau harapan untuk perubahan.

Puisi "Trompet" secara efektif menyajikan gambaran yang kuat tentang kekerasan politik dan ketidakpedulian sosial. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan imajinatif, Seno Gumira Ajidarma mengajak pembaca untuk merenungkan tentang peran individu dalam menghadapi kekerasan dan kebencian dalam masyarakat.

Seno Gumira Ajidarma
Puisi: Trompet
Karya: Seno Gumira Ajidarma

Biodata Seno Gumira Ajidarma:
  • Seno Gumira Ajidarma (menggunakan nama samaran Mira Sato pada awal karirnya) lahir pada tanggal 19 Juni 1958 di Boston, Amerika Serikat.
  • Seno Gumira Ajidarma dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1980-1990-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.