Puisi: Ziarah Cinta (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Ziarah Cinta" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seseorang dalam menghadapi cinta, luka, dan ....
Ziarah Cinta (1)
(: refleksi 6 tahun tsunami)


Telah kau bubuhkan tanda luka di dada laut
di kedalaman palung terdalam
lewat riak yang mengombak
lewat gelombang kasih sayang
yang menyapu kata dan laku
di antara luka doa mencinta.


Ziarah Cinta (2)


Aku menyisir jazirah
memunguti remah puisi
kuziarahi kuburan massal tanpa nisan
doa tumbuh sebagai rumput
dan bendera yang berkibar.


Ziarah Cinta (3)


Usai tsunami aku menjadi kapal besar yang terdampar
menjadi lantai ubin dingin Mesjid Raya Baiturrahman
menciumi kedai kupi Ulee Kareng
mencumbui gerai rambut dan kabut.


Hotel Jeumpa, Banda Aceh, 25 Desember 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah Cinta" karya Dimas Arika Mihardja adalah rangkaian tiga bagian puisi yang menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seseorang dalam menghadapi cinta, luka, dan keprihatinan di tengah-tengah pengalaman hidup yang penuh tantangan. Puisi ini menggunakan gambaran alam, religi, dan citra kehidupan untuk membentuk narasi yang dalam dan merenung.

Bagian Pertama: Tanda Luka dan Riak Laut
Dalam bagian pertama, puisi ini dimulai dengan gambaran tanda luka di dada laut. Ini dapat diartikan sebagai tanda-tanda luka dan rasa sakit dalam hati. Gambaran kedalaman palung dan riak laut menggambarkan kompleksitas perasaan dan emosi yang ada dalam hubungan cinta. Gelombang kasih sayang diilustrasikan sebagai kekuatan yang mengikis kata-kata dan tindakan, merusak luka dan doa-doa cinta.

Bagian Kedua: Ziarah di Kuburan Massal
Bagian kedua menggambarkan perjalanan ziarah rohaniah. Kata-kata puisi menjadi remah-remah dari pengalaman hidup yang ditinggalkan, dan ziarah di kuburan massal tanpa nisan menciptakan citra keheningan dan refleksi. Doa tumbuh sebagai rumput dan bendera berkibar menggambarkan spiritualitas dan harapan dalam keadaan yang sulit.

Bagian Ketiga: Dampak Tsunami
Bagian ketiga menggambarkan perubahan dan pemulihan setelah pengalaman bencana, dalam hal ini tsunami. Pemilihan menjadi kapal besar yang terdampar merujuk pada perasaan terjebak dan bingung, sementara mengunjungi Mesjid Raya Baiturrahman dan kedai kopi Ulee Kareng menggambarkan refleksi dan kontemplasi. Gerai rambut dan kabut mungkin melambangkan ketidakpastian dan keraguan dalam menjalani hidup setelah tragedi.

Tema Sentral: Tema yang dominan dalam puisi ini adalah perjalanan cinta, luka, dan spiritualitas. Pengarang merenungkan pengalaman-pengalaman emosional dan rohaniah melalui citra alam dan kehidupan, serta hubungannya dengan agama dan refleksi diri.

Gambaran Alam dan Citra Keagamaan: Pengarang menggunakan gambaran alam seperti laut, palung, gelombang, dan rumput sebagai simbol perjalanan emosional dan spiritual. Citra keagamaan seperti ziarah dan doa menambah dimensi religius dalam puisi ini, menggambarkan pencarian makna dan ketenangan dalam tantangan hidup.

Puisi "Ziarah Cinta" karya Dimas Arika Mihardja adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual dalam menghadapi cinta, luka, dan keprihatinan. Melalui gambaran alam, citra keagamaan, dan penggunaan kata-kata yang kuat, puisi ini berhasil menyampaikan keragaman perasaan dan pengalaman manusia dalam menghadapi pengalaman hidup yang penuh tantangan.

Puisi Dimas Arika Mihardja
Puisi: Ziarah Cinta
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.