Puisi: Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi" merupakan seruan untuk berdiri melawan kekejaman dan ketidakadilan di mana pun itu terjadi, serta ...
Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi

Aku tidak bisa menulis puisi lagi
sejak di Nazi Jerman berjuta Yahudi
dilempar ke kamar gas sehingga
mati lemas.

Aku tidak bisa menulis puisi lagi
sejak di Afrika Selatan pejoang-pejoang
anti-apartheid disekap berpuluh tahun
tanpa diadili.

Aku tidak bisa menulis puisi lagi
sejak di Birma para pengunjuk rasa
bergelimpangan dibedili tentara
secara keji.

Aku tidak bisa menulis puisi lagi
sejak di Jalur Gaza serdadu-serdadu Israel
mematahkan lengan anak-anak Palestina
yang melawan dengan batu.

Keindahan punah dari bumi
ketika becak-becak dicemplungkan
ke laut karena bang becak melanggar
peraturan DKI
ketika rakyat berbondong-bondong
digusur dari kampung halamannya
yang akan disulap jadi real estate
dan pusat rekreasi
ketika petani dipaksa tanam tebu
buat pabrik-pabrik, sedang hasil
padi dan kedelai lebih mendatangkan
untung dari rugi
ketika truk-truk di jalan raya dicegat
penegak hukum yang langsung meminta pungli
ketika keluarga tetangga menangisi kematian
anaknya korban tabrak lari.

Aku tidak bisa menulis puisi lagi
sejak keindahan punah dari bumi.

Sumber:  Horison (November, 1988)

Analisis Puisi:
Puisi "Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya yang penuh dengan penolakan dan keputusasaan atas kekejaman dan ketidakadilan yang terjadi di dunia.

Penolakan terhadap Kekerasan dan Kebenaran: Puisi ini secara kuat mengecam tindakan kekerasan, ketidakadilan, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di berbagai belahan dunia. Penulis menolak untuk menulis puisi lagi sebagai bentuk protes terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, seperti Yahudi di Nazi Jerman, pejuang anti-apartheid di Afrika Selatan, dan anak-anak Palestina di Jalur Gaza.

Pemahaman akan Penderitaan Manusia: Puisi ini mencerminkan pemahaman yang dalam terhadap penderitaan manusia di seluruh dunia. Dengan menyebutkan contoh-contoh konkret dari kekejaman yang terjadi di berbagai tempat, penulis menggambarkan betapa penderitaan dan kehilangan tersebut merusak keindahan dan kemanusiaan di dunia.

Kritik terhadap Kondisi Sosial dan Politik: Puisi ini juga mengkritik kondisi sosial dan politik di Indonesia, dengan merujuk pada masalah-masalah seperti penggusuran paksa, korupsi di jalan raya, dan kekerasan dalam hubungan tetangga. Penulis mengekspresikan kekecewaan terhadap sistem yang membiarkan ketidakadilan dan kejahatan terus terjadi tanpa hukuman yang tegas.

Keputusasaan dan Kehancuran: Secara keseluruhan puisi, terdapat nuansa keputusasaan dan kehancuran atas kondisi dunia yang dipenuhi dengan kekerasan dan ketidakadilan. Penulis merasa tidak mampu lagi untuk menulis puisi karena terlalu banyak penderitaan dan kekejaman yang terjadi di sekitarnya.

Dengan demikian, puisi "Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi" adalah sebuah karya yang menyentuh dan memberikan gambaran yang menggugah tentang penderitaan manusia dan ketidakadilan di dunia. Puisi ini merupakan seruan untuk berdiri melawan kekejaman dan ketidakadilan di mana pun itu terjadi, serta mengingatkan kita akan pentingnya memperjuangkan perdamaian dan keadilan bagi semua manusia.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.