Puisi: Ambarawa 1989 (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Ambarawa 1989" karya Subagio Sastrowardoyo menciptakan gambaran tentang perubahan dalam hidup penulis dari masa perang dan perjuangan hingga ..
Ambarawa 1989


Sebelum tidur istriku menyulam
di bawah lampu temaram. Sebuah bunga
biru dengan latar kelabu yang akan diberi
pigura dan digantungkan di dinding.
Aku menyempatkan diri mengikuti
berita terakhir di koran yang belum
dapat kubaca pagi hari.

Kami sudah lupa bahwa di kota ini
pernah terjadi revolusi dengan kekejaman
dan kematian. Keluarga lari mengungsi
ke gunung dan aku turut bergerilya
mengejar Belanda. Berapa peluru sudah
kutembakkan di malam buta menyerang
musuh yang menghadang dengan senjata.
Pikiran tegang selalu oleh cemas
dan curiga.

Kini peperangan hanya terjadi di roman
petualangan yang kubaca dan yang kulihat
di layar TV, jauh entah di negeri mana.
Nampak tak nyata dan hampir tak bisa
dipercaya.

Ah, biarlah kedamaian berlanjut
begini. Semua – bunga, dinding, lampu,
kursi, istri – terliput dalam kabut
puisi. Suling mengalun menembus
malam. Aku tak tahan lagi melihat darah.


Sumber: Simfoni Dua (1990)

Analisis Puisi:
Puisi "Ambarawa 1989" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan pengalaman seorang pria yang mencerminkan perubahan dalam hidupnya seiring berjalannya waktu.

Latar Waktu dan Tempat: Puisi ini disebutkan berlatar belakang tahun 1989 di Ambarawa. Ini menciptakan latar waktu dan tempat yang spesifik, yang kemungkinan adalah saat penuh ketegangan di Indonesia selama masa reformasi dan perubahan politik.

Motif Bunga: Puisi dimulai dengan istri yang sedang menyulam sebuah bunga biru. Bunga biru ini mungkin adalah simbol perdamaian dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Pigura dan pemasangan di dinding menunjukkan keinginan untuk memperingati atau menghormati sesuatu yang penting.

Pengalaman Revolusi: Puisi ini mengungkapkan bahwa dalam masa revolusi, keluarga melarikan diri dan penulis bergabung dengan gerilyawan untuk melawan penjajah Belanda. Ini menciptakan latar belakang historis puisi dan mencerminkan perjuangan dan pengalaman pribadi penulis selama masa itu.

Perubahan dan Nostalgia: Puisi ini menciptakan perasaan nostalgia terhadap masa lalu yang penuh dengan ketegangan dan perubahan. Penulis merasa seperti dia telah melupakan atau bahkan mungkin ingin melupakan perjuangan tersebut, dan sekarang menikmati kedamaian yang berbeda.

Perubahan dalam Kehidupan: Puisi ini menggambarkan perubahan dalam hidup penulis, dari masa perang dan revolusi hingga kedamaian dan kebahagiaan dengan istri dan keluarganya. Perubahan ini menciptakan kontras yang kuat antara masa lalu dan masa sekarang.

Kabut Puisi: Puisi ini diakhiri dengan gambaran bahwa semuanya, termasuk istri, dinding, dan bunga, "terliput dalam kabut puisi." Ini bisa menggambarkan perasaan penulis bahwa hidupnya sekarang lebih abstrak dan tenang, seperti dalam puisi, daripada perjuangan fisik masa lalu.

Puisi "Ambarawa 1989" menciptakan gambaran tentang perubahan dalam hidup penulis dari masa perang dan perjuangan hingga masa damai. Ini menciptakan nuansa nostalgia dan refleksi tentang perjalanan hidup dan pengalaman yang pernah terjadi.
Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Ambarawa 1989
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.