Puisi: Genesis (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi: Genesis Karya: Subagio Sastrowardoyo
Genesis


Pembuat boneka
yang jarang bicara
dan yang tinggal agak jauh dari kampung
telah membuat patung
dari lilin
serupa dia sendiri
dengan tubuh, tangan dan kaki dua
ketika dihembusnya napas di ubun
telah menyala api
tidak di kepala
tapi di dada
– aku cinta – kata pembuat boneka
baru itu ia mengeluarkan kata
dan api itu
telah membikin ciptaan itu abadi
ketika habis terbakar lilin
lihat, api itu terus menyala.



Sumber: Keroncong Motinggo (1975)

Analisis Puisi:
Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang mampu menggambarkan perasaan dan pikiran pengarang dengan cara yang indah dan berkesan. Salah satu karya puisi yang menarik perhatian adalah "Genesis" karya Subagio Sastrowardoyo. Puisi ini menggambarkan seorang pembuat boneka yang menciptakan sebuah patung dari lilin yang serupa dengan dirinya. Dalam puisi ini, Sastrowardoyo menggambarkan keajaiban dan kekuatan ciptaan manusia serta pentingnya ungkapan perasaan.

Puisi "Genesis" dimulai dengan memperkenalkan seorang pembuat boneka yang cenderung pendiam dan tinggal di tempat yang jauh dari kampung halamannya. Penggambaran ini mungkin menggambarkan seorang seniman yang lebih nyaman dalam kesendirian dan berada di luar batas-batas yang umum. Pembuat boneka ini kemudian membuat patung dari lilin yang menyerupai dirinya sendiri, dengan memiliki dua tangan dan dua kaki.

Saat pembuat boneka menghembuskan napas di ubun-ubun patung, terjadi keajaiban. Api menyala di dada patung, bukan di kepala seperti yang mungkin diharapkan. Ungkapan "aku cinta" kemudian keluar dari mulut pembuat boneka, menjadi ungkapan yang pertama kali diucapkan olehnya. Api yang terbakar di dalam patung ini memberikan keabadian pada ciptaan tersebut. Meskipun lilin yang digunakan sebagai bahan bakar patung tersebut habis terbakar, api tetap menyala dengan kuat.

Puisi "Genesis" mengandung beberapa makna yang dalam. Pertama-tama, patung yang diciptakan oleh pembuat boneka ini dapat dianggap sebagai representasi dari dirinya sendiri, mencerminkan bagian-bagian dari dirinya yang mungkin tidak terungkapkan dalam kata-kata. Patung itu menjadi sebuah simbol fisik yang mengungkapkan perasaan yang tersembunyi, yang akhirnya dapat diungkapkan melalui kata-kata "aku cinta".

Selain itu, api yang terus menyala di dada patung setelah lilin terbakar habis juga memberikan gambaran tentang keabadian dan kekuatan ciptaan manusia. Pada tingkat yang lebih luas, puisi ini dapat diartikan sebagai penekanan pada pentingnya ungkapan perasaan yang tulus dan kekuatan yang dapat dihasilkan dari kreativitas manusia. Dalam kasus ini, api yang terus menyala dapat dianggap sebagai simbol kehidupan dan semangat yang tak terpadamkan.

Secara keseluruhan, puisi "Genesis" karya Subagio Sastrowardoyo mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kekuatan dan keabadian ciptaan manusia serta pentingnya ungkapan perasaan yang tulus. Puisi ini menunjukkan bahwa melalui kreativitas dan ekspresi diri, manusia dapat menciptakan sesuatu yang abadi dan memberikan makna yang mendalam bagi kehidupan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Genesis
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.