Puisi: Harapan dan Tekad di Millenium III (Karya Sobron Aidit)

Puisi "Harapan dan Tekad di Millenium III" menyoroti penderitaan masa lalu dan menggambarkan perubahan positif yang diharapkan.
Harapan dan Tekad di Millenium III


Terbang aku ke Timor Timur
Irian - Ambon, Aceh dan Riau
Kalimantan - Bangka Belitung
jauh dari Jakarta yang selalu risau
dikangkangi kemacetan
dan yang selalu terkurung
janganlah lupa, Jakarta itu pusat sesal
pusat sebal, perancang ulung
buat yang jahat-jahat dan selalu muncul
segala kata-kata dan perbuatan
bunuh - sedih - siksa - dan pelecehan
kemiskinan - kebodohan dan ketakutan
penculikan - darah - bui-penjara - rumahsakit jiwa
potong - gorok - tubruk - hantam
libas - lindas dan makan
telan dan telan tanpa muntahkan tulangnya.

Merdeka - referendum - pisah
cerai, - negara sendiri
referendum - dentum berdentum-dentum
brontak lawan dan tantang
tapi sudahlah dan mari akhiri
buangkan yang dulu-dulu
yang sedih-sedih
yang susah-susah
lemparkan jauh-jauh
lalu kita rebut segala keakanan
dengan perkasa kita buru dan dapatkan
yang sebaliknya dari yang dulu-dulu
kita rebut hari-depan, hari-keakanan
kita ganti generasi yang lalu
generasi yang penuh ketakutan dan kebodohan
penuh kemiskinan dan yang tak tahu
apa maunya!

Lalu kita tuliskan pada tiap dahi kita
lupakan dan buangkan serta lemparkan
segala kata sedih, susah, bunuh, darah
pisah, cerai, patah-arang
dan kita pancangkan
serta kita patungkan
kata dan perbuatan jaya dan gemilang
menang dan senang
aman dan penuh senyum
membersit jujur dan adil.


Paris, 29 November 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Harapan dan Tekad di Millenium III" karya Sobron Aidit merangkum semangat, harapan, dan tekad untuk menghadapi tantangan di milenium ketiga.

Penyampaian Harapan dan Tekad: Puisi ini menjadi saluran untuk menyampaikan harapan dan tekad penulis dalam menghadapi masa depan, terutama di Milenium III. Bahasa yang kuat dan ekspresif digunakan untuk mengekspresikan semangat ke depan.

Pergeseran dari Jakarta: Penyair menyampaikan perasaannya terhadap Jakarta, yang selalu disibukkan oleh kemacetan dan ketegangan. Pergeseran dari Jakarta menggambarkan upaya untuk menjauh dari keramaian dan mencari kebijaksanaan di luar pusat kota.

Catatan Penderitaan dan Tantangan: Puisi menyebutkan berbagai penderitaan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, seperti kemiskinan, kebodohan, ketakutan, dan berbagai kekejaman. Ini menciptakan latar belakang sosial yang penuh dengan kesulitan.

Refleksi terhadap Sejarah dan Pengalaman: Ada refleksi terhadap sejarah dan pengalaman negara, terutama yang terkait dengan konflik dan perpecahan. Terdapat seruan untuk melemparkan segala keburukan dan konflik masa lalu.

Menyuarakan Perubahan dan Pembaruan: Puisi ini mencerminkan hasrat untuk membawa perubahan dan pembaruan di masa depan. Konsep referendum dan cerai dari hal-hal negatif merupakan simbol perubahan dan pemisahan dari masa lalu yang kelam.

Pergantian Generasi: Terdapat dorongan untuk mengganti generasi yang penuh ketakutan dan kebodohan dengan generasi yang penuh semangat, jujur, dan adil. Ini adalah panggilan untuk melibatkan generasi baru dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Harapan pada Masa Depan yang Jaya dan Gemilang: Penyair menekankan pada kebutuhan untuk melupakan kata-kata dan perbuatan negatif dari masa lalu dan menggantinya dengan kata-kata dan perbuatan yang membawa kemenangan, kegembiraan, keamanan, dan keadilan.

Puisi "Harapan dan Tekad di Millenium III" menciptakan narasi harapan dan tekad untuk mengatasi tantangan di Milenium III, dengan menyoroti penderitaan masa lalu dan menggambarkan perubahan positif yang diharapkan. Sobron Aidit memberikan pandangan yang inspiratif dan penuh semangat terhadap masa depan.

"Puisi: Harapan dan Tekad di Millenium III"
Puisi: Harapan dan Tekad di Millenium III
Karya: Sobron Aidit
© Sepenuhnya. All rights reserved.