Puisi: Ibu di Desa (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Ibu di Desa" karya Linus Suryadi AG menggambarkan cinta, pengorbanan, dan kritik sosial terhadap realitas kehidupan di desa.
Ibu di Desa
(Kadisobo)

Ibu saya, seperti ibu-ibu lain di dusun Jawa
Ia tak bisa ngomong aktif Indonesia, tapi pasif saja
Tapi budi bahasa Jawa Ngoko dan Krama, jangan tanya
Ia suka mengaliri sawah seperti juga hidupnya

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia tak pernah lupa kehilangan seorang anaknya
Ia selalu ingat hari lahir dan hari kematiannya
Tapi ia selalu lupa besar tebusan bagi hidupnya

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia suka cerita ganas dan rakusnya si Cebol Kepalang
Sebelum 17 Agustus 1945. Harta digarongnya pulang
Ia berjarik & baju goni dan bagor. Kutunya banyak pula

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia suka berkeluh kesah soal harga panenannya
Untuk gabar dan palawija. Untuk upacara desa
Tak seimbang dengan ongkos sakit dan sekolah anaknya di kota

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia butuh sandang pangan dan papan secukupnya
Ia butuh kondangan bagi sanak kadangnya
Dan asesori lumrah pacakan dalam pergaulan di desa

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
pada esuk uthuk-uthuk in the morning ia masak
Lepas fajar ia pun berangkar ke sawahnya kerja
Tapi peteng repet-repet in the evening molor di depan tevenya

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia gemar ketoprak, wayang purwa, tarian Jawa
Tapi filem manca tidak. “Tak pernah rampung,” kritiknya
Ia tak suka teka-teki seperti juga hidupnya

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia pun suka ziarah ke kubur. Nengok bumi leluhur
Kubur bumi lebih mulia ketimbang kubur laut dan api
Ia kirim bunga tanda kasih dan Kasih-Nya yang abadi

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia suka belanja ke Pasar Beringharjo di kota
Segala keperluan dapur. Sehabis musim tandur
Dan ia pun rajin menaikkan beban hidupnya ke Sorga

Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa
Ia suka berbagi suka-duka dengan para tetangga
Lhaya, Ibu saya. Ia selalu butuh ini dan itu juga
Tapi kebutuhannya tak lebih besar dari Ibu-kota.

1993

Sumber: Tirta Kamandanu (1997)

Catatan:
  • Esuk uthuk-uthuk: pagi-pagi buta.
  • Peteng repet-repet: senjakala.
  • Musim tandur: musim tanam, khusus untuk padi.

Analisis Puisi:

Puisi "Ibu di Desa" karya Linus Suryadi AG menggambarkan gambaran yang kuat tentang seorang ibu di pedesaan Jawa dan kehidupannya sehari-hari.

Gambaran Ibu Pedesaan: Penyair dengan cermat menggambarkan ibu di pedesaan Jawa sebagai representasi dari banyak ibu di lingkungan tersebut. Ibu digambarkan sebagai figur yang kuat, bekerja keras, dan berusaha memenuhi kebutuhan keluarga meskipun dengan keterbatasan.

Kontras antara Kehidupan Pedesaan dan Modernitas: Puisi ini menggambarkan kontras antara kehidupan tradisional di pedesaan dengan modernitas yang semakin merasuk. Meskipun ibu tetap setia dengan tradisi dan budaya Jawa seperti ketoprak, wayang purwa, dan tarian Jawa, namun ia juga berbelanja di Pasar Beringharjo di kota dan terlibat dalam kebutuhan modern.

Cinta dan Pengorbanan: Penyair menggambarkan cinta dan pengorbanan seorang ibu dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ibu di pedesaan terlibat dalam berbagai aktivitas seperti mengurus rumah tangga, bekerja di sawah, dan merawat keluarga dengan penuh kasih sayang.

Kritik Sosial: Puisi ini juga menyelipkan kritik sosial terhadap ketidakseimbangan dalam distribusi sumber daya dan kesenjangan antara kehidupan pedesaan dan perkotaan. Penyair menyoroti beban hidup yang ditanggung oleh ibu di desa, serta kebutuhan dasar yang mungkin tidak terpenuhi.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Linus Suryadi AG menggunakan bahasa yang sederhana namun padat, dengan gaya yang mengalir dan mudah dipahami. Pemilihan kata yang tepat memberikan kesan yang kuat tentang kehidupan dan karakter ibu di desa.

Puisi "Ibu di Desa" adalah representasi yang kuat tentang kehidupan seorang ibu di pedesaan Jawa. Dengan gambaran yang jelas dan gaya penulisan yang menarik, puisi ini menggambarkan cinta, pengorbanan, dan kritik sosial terhadap realitas kehidupan di desa.

Linus Suryadi AG
Puisi: Ibu di Desa
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.