Puisi: Ikan-Ikan dalam Lubuk (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Ikan-Ikan dalam Lubuk" bukan hanya sekadar kisah tentang ikan, melainkan sebuah kiasan tentang kehidupan manusia, pilihan yang dihadapi, dan ..
Ikan-Ikan dalam Lubuk


Jika air seperti waktu
Maka kami hidup berlimpah waktu
Karena sebagai ikan-ikan dalam lubuk
Air memutar kami dan kami memusari air

Tapi bertahun-tahun hidup di lubuk
batu, kami tak pernah bisa
ke hilir atau ke hulu

Hidup kami berputar sealur arus
Di selingkung dinding buta
Tubuh dan pandangan kami tertumbuk
Kekal, hingga berlumut sisik dan sirip

Mengapa tak menyelam?
Kadang kami dengar sengau akar pohon
Di celah batu retak
Kami pun menyelam ke dasar yang gelap
Dan hari ke hari makin terasa
Segalanya mengeras dangkal

Air baru seperti waktu jika mengalir,
Bisik pohon sambil menjatuhkan
Daun-daunnya yang kuning
Dan mengembun daun yang hijau
Kami ingin ke luar dari liang batu pertapaan
Atau kutukan ini, apakah bedanya?

Satu persatu kami menghilang
Jadi santapan hantu siluman
 
Toh sepotong langit di atas sana
Bergeming, menguntit tanpa cakrawala
Luasnya tak lebih setampah
Karena tercipta dari mulut lubuk kami sendiri
yang menganga sejak semula
menadah takdirnya

“Ayo mulai!”
“Kita harus ke luar!”
“Takdir kita bukan di sini!”
Kami sudah tak tahan
Kepanasan dalam deru gemuruh jeram

Maka suatu malam, di bawah sinar bulan
Kami berlompatan ke aliran air
yang bergelora. Sisik kami berkilau keperakan
Karena dasar yang gelap, geriap dinding buta
telah kami tinggalkan.

Kami terbanting, hanyut mengikut
anak-anak sungai, galur-galur air
bandar galian, panjang tak berujung
Dihempang duri, jala dan lumpur
diintai mata-mata kail

Tapi kami tak mungkin berbalik pulang,
Ke lubuk batu limpahan waktu
yang terbuang karena bujuk-rayu
nyanyian katak-katak bengkong

(Konon bertahun-tahun kemudian
Lubuk batu itu menjelma jadi lubuk hantu
Berdenyut sepi sepanjang malam
Seorang pemasang bubu yang tersesat
Mendapati tengkorak kepala ikan
Terperangkap dalam bilah-bilah bambu tangkapannya.

Maka berkisahlah ia
Bersaksi, sebagaimana kusalin
dalam puisi yang sedang kau baca ini)


2007/2018

Analisis Puisi:
Puisi "Ikan-Ikan dalam Lubuk" karya Raudal Tanjung Banua adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan hidup, pengejaran kebebasan, dan keputusan untuk melawan takdir yang telah ditentukan.

Metafora Ikan dan Waktu: Penyair menggunakan metafora ikan untuk merepresentasikan kehidupan manusia dan waktu yang berputar seperti air. Ikan-ikan dalam lubuk diibaratkan sebagai manusia yang hidup berlimpah waktu, namun terbatas oleh batasan-batasan lingkungan yang menahan mereka.

Penahanan oleh Lubuk dan Batu: Lubuk dan batu dijadikan simbol penahanan atau pembatas bagi ikan-ikan tersebut. Lubuk menggambarkan situasi atau lingkungan yang membatasi gerak dan pilihan hidup mereka. Batu-batu dalam lubuk menjadi kendala yang membuat mereka tidak bisa menuju hilir atau hulu, menciptakan rasa terkekang dan terjebak.

Rasa Keingintahuan dan Pemberontakan: Ikan-ikan tersebut merasakan keingintahuan dan keinginan untuk mengeksplorasi lebih jauh dari lubuk tempat mereka terbatas. Pemberontakan terhadap takdir atau keadaan yang telah ditentukan tergambar saat mereka merindukan dunia luar yang tidak pernah mereka ketahui.

Pergeseran Menuju Kebebasan: Ketika ikan-ikan tersebut akhirnya memutuskan untuk melompat ke aliran air yang bergelora, itu mencerminkan pergeseran dari keadaan terbatas menuju kebebasan dan petualangan. Keperakan sisik mereka menjadi simbol pembebasan dari dasar gelap lubuk.

Perjalanan Menuju Hilir dan Hulu: Perjalanan ikan-ikan tersebut melewati anak-anak sungai, galur-galur air, dan berbagai rintangan seperti duri, jala, dan lumpur, menggambarkan perjalanan hidup manusia yang penuh tantangan. Keputusan untuk tidak berbalik pulang menandakan tekad untuk melawan takdir dan terus maju meskipun rintangan.

Penggambaran Lubuk Batu sebagai Lubuk Hantu: Pada akhir puisi, lubuk batu yang ditinggalkan oleh ikan-ikan tersebut menjadi legenda yang menakutkan. Lubuk yang menjadi tempat pemasangan bubu oleh manusia kemudian menjadi lubuk hantu, menyiratkan bahwa keberanian ikan-ikan tersebut menciptakan mitos yang tetap ada dalam cerita.

Perubahan Penceritaan dan Kesaksian: Puisi ini berubah dari deskripsi perjalanan ikan-ikan menuju kebebasan menjadi bentuk kesaksian yang diwariskan oleh seseorang yang menemukan tengkorak kepala ikan dalam bubu. Ini menambah dimensi kisah dan memberikan kedalaman historis pada narasi.

Puisi "Ikan-Ikan dalam Lubuk" bukan hanya sekadar kisah tentang ikan, melainkan sebuah kiasan tentang kehidupan manusia, pilihan yang dihadapi, dan perjuangan untuk kebebasan. Melalui bahasa metaforis yang kaya, puisi ini mengeksplorasi tema kebebasan, pemberontakan, dan konsekuensi dari keputusan hidup yang diambil.


"Puisi: Ikan-Ikan dalam Lubuk"
Puisi: Ikan-Ikan dalam Lubuk
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.