Puisi: Jembatan (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Jembatan" karya Linus Suryadi AG mengundang pembaca untuk merenungkan tentang makna hidup, hubungan, dan keberadaan manusia dalam dunia yang ..
Jembatan

Di bawah jembatan
Tak bernama
Kita pun berpegang
Irama jiwa

Mengalir air
Mengalir darah
Lembah pasir
Banjir. Basah

O, siapakah
Yang betah
Hidup jauh
Lama pisah?

Mengusut sumber
Tanpa kata
Diri lumer
Dalam arusnya

Di celah semak
Padang gerumbul
Kita sibak
Wajah terpantul

Sumber: Kembang Tanjung (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Jembatan" karya Linus Suryadi AG menggambarkan suasana yang intens dan puitis di bawah sebuah jembatan tak bernama.

Gambaran Tempat dan Atmosfer: Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang tempat yang tidak jelas, di bawah sebuah jembatan tanpa nama. Lokasi yang tidak spesifik memberikan kesan universalitas, sehingga pembaca dapat meresapi pesan puisi ini tanpa terikat oleh konteks geografis tertentu. Atmosfer puisi ini digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan irama jiwa yang mengalir, air, darah, lembah pasir, dan banjir. Ini menciptakan gambaran yang kaya dan berwarna serta menimbulkan rasa keintiman.

Kontras antara Kekuatan dan Kelemahan: Puisi ini mengeksplorasi kontras antara kekuatan alam, seperti arus air dan banjir, dengan kelemahan manusia. Meskipun alam memberikan gambaran kekuatan yang mengalir, pembaca disajikan dengan gambaran manusia yang rapuh dan rentan. Hal ini tercermin dalam baris "Mengusut sumber / Tanpa kata / Diri lumer / Dalam arusnya", yang menyoroti ketidakmampuan manusia untuk mengatasi aliran kehidupan yang tak terduga.

Pertanyaan Filosofis tentang Hidup dan Hubungan: Puisi ini mengajukan pertanyaan filosofis tentang keberadaan manusia dan hubungan antarindividu. Pertanyaan "O, siapakah / Yang betah / Hidup jauh / Lama pisah?" mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arti hidup, kesendirian, dan kebutuhan akan hubungan manusiawi.

Imaji yang Kuat dan Metaforis: Puisi ini memanfaatkan imaji yang kuat dan metaforis untuk menggambarkan suasana dan perasaan yang kompleks. Misalnya, air yang mengalir dan darah yang mengalir dapat dianggap sebagai simbol kehidupan yang bergerak terus-menerus, sementara lembah pasir dan banjir mewakili keadaan yang tidak stabil dan berubah-ubah.

Akhir yang Membuka dan Reflektif: Puisi ini berakhir dengan gambaran tentang pembukaan celah semak dan wajah yang terpantul, yang dapat diartikan sebagai harapan atau kesempatan baru yang muncul di tengah-tengah keadaan yang sulit. Akhir puisi ini memberikan kesan reflektif dan memungkinkan pembaca untuk menginterpretasikan pesan puisi ini dengan beragam cara.

Puisi "Jembatan" karya Linus Suryadi AG adalah karya yang puitis dan mendalam yang menggambarkan perjalanan manusia melalui kehidupan dengan menggunakan imaji yang kuat dan pertanyaan filosofis yang merangsang pikiran. Dengan menggambarkan kekuatan alam dan kelemahan manusia di bawah sebuah jembatan tak bernama, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang makna hidup, hubungan, dan keberadaan manusia dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

Linus Suryadi AG
Puisi: Jembatan
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.