Puisi: Ke Pelabuhan (Karya Toeti Heraty)

Puisi "Ke Pelabuhan" karya Toeti Heraty menggambarkan pertanyaan filosofis dan refleksi tentang alam semesta, hubungan antara matahari, bulan, dan ...
Ke Pelabuhan


benarkah setiap senja
matahari masih terbenam juga
kasihku?

pernah kupelajari, sudah sekian waktu
yang lalu, bahwa bulan mengitari
dunia, dan dunia matahari —

bulan, yang bagai mangga kemuning
menyandarkan diri pada awan-awan
yang bergerigi
dan matahari terbakar merajai hati
sewaktu mobil menyusur kali dan kali
mengalir ke laut, lautan luas —
benarkah setiap senja?

karena sebelah kiri hanya tampak
nyala jingga langit merenggut-renggut lambaian
bendera dan cakrawala dirembeti gubuk-gubuk,
                rapuh dan kelabu —

benarkah begitu —, bahwa
suatu saat matahari dan lautan
akan bersentuhan, dan berjanji

bagai kedahsyatan yang menghilang
dan akan kembali lagi


Sumber: Sajak-Sajak 33 (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Ke Pelabuhan" karya Toeti Heraty menggambarkan pertanyaan filosofis dan refleksi tentang alam semesta, hubungan antara matahari, bulan, dan bumi, serta perasaan keindahan yang berhubungan dengan alam.

Pertanyaan tentang Alam Semesta: Puisi ini membuka dengan pertanyaan yang memunculkan keraguan tentang peristiwa alam. Penyair menyajikan pertanyaan, "benarkah setiap senja matahari masih terbenam juga kasihku?" Pertanyaan ini menyiratkan keraguan tentang konsistensi alam semesta dan menghubungkannya dengan perasaan pribadi atau hubungan antara dua individu.

Metafora Matahari dan Bulan: Puisi ini menggunakan matahari dan bulan sebagai metafora untuk menyampaikan pertanyaan tentang hubungan dan kenyataan di dunia ini. Bulan, yang digambarkan "menyandarkan diri pada awan-awan yang bergerigi," mewakili keindahan yang tenang dan lembut. Sementara matahari digambarkan "terbakar merajai hati," menciptakan gambaran tentang kekuatan dan panas.

Perjalanan Menuju Pelabuhan: Puisi ini berbicara tentang perjalanan menuju pelabuhan, di mana matahari dan lautan mungkin akan bersentuhan. Perjalanan menuju pelabuhan sering digunakan sebagai metafora dalam puisi untuk menggambarkan akhir perjalanan hidup atau pencarian makna. Pada bagian akhir, pemahaman bahwa kedahsyatan yang hilang akan kembali lagi menunjukkan harapan, keabadian, atau kebangkitan yang bisa terjadi setelah perjalanan tersebut.

Simbolisme Alam: Puisi ini merenungkan alam sebagai simbol keabadian dan perubahan dalam kehidupan. Kaitan antara matahari dan bulan dengan perasaan manusia dan perjalanan menuju pelabuhan adalah cara untuk menggambarkan perjalanan spiritual atau pemahaman yang lebih dalam tentang makna kehidupan.

Puisi "Pelabuhan" karya Toeti Heraty adalah puisi yang memadukan pertanyaan filosofis tentang alam semesta dengan perasaan pribadi dan hubungan. Dalam penyairannya, Toeti Heraty mengundang pembaca untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan mengeksplorasi hubungan antara alam dan manusia.

Puisi Toeti Heraty
Puisi: Ke Pelabuhan
Karya: Toeti Heraty

Biodata Toeti Heraty:
  • Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
  • Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.