Puisi: Lahir Sajak (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Lahir Sajak" menggambarkan kelahiran sebagai proses penuh keajaiban dan penderitaan. Dalam menggunakan metafora dan simbol, Subagio ...
Lahir Sajak


Malam yang hamil oleh benihku
Mencampakkan anak sembilan bulan
Ke lantai bumi. Anak haram tanpa ibu
membawa dosa pertama
di keningnya. Tangisnya akan memberitakan
kelaparan dan rinduku, sakit
dan matiku. Ciumlah tanah
yang menerbitkan derita. Dia
adalah nyawamu.



Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Lahir Sajak" karya Subagio Sastrowardoyo menghadirkan gambaran metaforis tentang penciptaan dan penderitaan, dengan meramu elemen-elemen kehidupan manusia dalam pengalaman kelahiran.

Metafora Kelahiran: Judul "Lahir Sajak" menciptakan rangsangan pertama dalam pikiran pembaca, menunjukkan bahwa kelahiran bukan hanya fisik tetapi juga kreatif. Puisi ini menggambarkan malam sebagai proses kelahiran yang menghasilkan sesuatu yang baru dan diharapkan.

Personifikasi Malam: Pembukaan puisi dengan "Malam yang hamil oleh benihku" membawa personifikasi terhadap malam. Malam tidak hanya menjadi waktu, tetapi juga entitas yang memiliki kemampuan untuk "hamil" dan "mencampakkan." Ini menciptakan suasana magis dan misterius di sekitar proses kelahiran.

Simbol Anak Tanpa Ibu: Penggambaran anak sebagai "anak haram tanpa ibu" mengeksplorasi tema kehilangan dan kekurangan. Anak ini menjadi simbol dosa pertama, menghadirkan keterasingan dan kesendirian. Penggunaan kata "tanpa ibu" menyoroti ketidaklengkapan dan kekosongan.

Tangisan sebagai Bahasa: "Tangisnya akan memberitakan" menggambarkan bahwa tangisan anak memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan. Pemilihan kata "memberitakan" menunjukkan bahwa tangisan bukan hanya ekspresi emosional tetapi juga komunikasi yang mendalam tentang kelaparan, rindu, sakit, dan bahkan kematian.

Ciumlah Tanah: Pernyataan "Ciumlah tanah yang menerbitkan derita" memberikan dimensi baru pada hubungan antara manusia dan tanah. Tanah di sini menjadi saksi dan pembentuk penderitaan. Tindakan mencium tanah dapat diartikan sebagai bentuk pengakuan dan penerimaan atas beban hidup yang diemban.

Anak Sebagai Penjaga Nyawa: Frasa "Dia adalah nyawamu" memberikan kedalaman pada makna puisi. Anak, yang mewakili kelahiran kreatif atau fisik, dianggap sebagai pelindung atau penjaga nyawa. Ini menunjukkan bahwa kelahiran membawa harapan baru dan tanggung jawab untuk melanjutkan kehidupan.

Bahasa yang Intens dan Simbolis: Pilihan kata-kata yang intens dan simbolis menciptakan lapisan emosi dan makna dalam puisi. Setiap kata dirancang untuk membawa dampak dan membangun citra yang kuat, menggambarkan kekuatan puisi sebagai alat untuk menyampaikan perasaan dan pemikiran secara mendalam.

Puisi "Lahir Sajak" menggambarkan kelahiran sebagai proses penuh keajaiban dan penderitaan. Dalam menggunakan metafora dan simbol, Subagio Sastrowardoyo meresapi makna kelahiran dengan kedalaman emosional dan spiritual. Puisi ini mengeksplorasi kesejajaran antara kelahiran fisik dan kelahiran kreatif, mengajak pembaca untuk merenung tentang makna hidup dan penderitaan manusia.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Lahir Sajak
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.