Puisi: Manusia Utama (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Manusia Utama" karya Sutan Takdir Alisjahbana mencerminkan pemikiran mendalam tentang manusia dan tempatnya dalam alam semesta.
Manusia Utama


Beta selalu menggemari pemandangan lantang: di pinggir laut yang luas, di puncak gunung yang tinggi.

Dan sekarang beta berdiri di tengah padang yojana: sejauh mata memandang ruang lapang, di atas membentang gelanggang awan terbang.

Di sini dada kurasa limpah ruah, darah mengalir berbusa-busa, tenaga mekar tiada berhambat.

Tuhan menjadikan manusia penguasa seluruh buana: matanya tembus menerus segala hadangan, telinganya menangkap segala getaran, langkahnya melewati segala watas dan tangannya menjingkau ke balik angkasa.

Dan hanyalah ketakutannya sendiri yang menjadikan makhluk itu ulat papa tiada berdaya.

Beribu tali dibelitkannya sekeliling badannya, sehingga akhirnya ia tiada dapat bergerak lagi.

Picik matanya akan rahasia alam dan takutnya akan mati disucikannya menjadi agama. Malasnya berpikir dan menyelidiki dinamakannya percaya.

Takutnya bertanggung jawab disembunyikannya di balik nasib. Ngerinya berjalan sendiri dipalutnya dengan keluhuran sepuhan adat.

Dan akhirnya tertutuplah sekalian kemungkinan alam yang luas baginya dalam kepompong gelap yang dijalinnya sendiri .......

Sedangkan bagi kepompong ulat, makhluk yang lata itu, alam menjanjikan kemuliaan dan kemegahan, telah sepatutnya bagi kepompong manusia, makhluk utama yang lengkap berakal dan berbekal itu, hanya teruntuk kehinaan dan kemelaratan.

Sebagai hukuman akan kealpaannya terhadap penjelmaan kebesaran dan kekuasaan Tuhan dalam dirinya.


4 Mei 1944

Sumber: Pembangunan (25 Desember 1945)

Analisis Puisi:
Puisi "Manusia Utama" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan pemikiran mendalam tentang manusia dan tempatnya dalam alam semesta. Puisi ini menggambarkan perbandingan antara potensi manusia sebagai makhluk utama dan realitas kehidupan yang terkadang terhambat oleh ketakutan, ketidakmampuan, dan keengganan untuk menggali potensi tersebut.

Kehangatan Pemandangan Luas: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan ketertarikan penyair terhadap pemandangan luas, seperti laut dan gunung. Ini dapat diartikan sebagai keinginan penyair untuk memahami kebesaran alam dan mencari kedalaman makna dalam pengalaman visual.

Persepsi di Padang Yojana: Penyair merasakan perasaan yang kuat ketika berdiri di tengah padang yojana, mengalami perasaan luas dan tak terbatas. Hal ini mencerminkan perasaan spiritual yang luas dan mendalam, serta perasaan berhubungan dengan alam dan alam semesta.

Potensi Manusia sebagai Penguasa Alam: Puisi ini mencerminkan pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki potensi luar biasa. Manusia dianggap sebagai penguasa alam dengan mata yang dapat menembus segala hadangan, telinga yang sensitif terhadap getaran, langkah yang dapat melewati semua batasan, dan tangan yang dapat meraih sampai ke angkasa.

Tidak Memanfaatkan Potensi Penuh: Puisi ini mengekspresikan penyesalan tentang fakta bahwa meskipun memiliki potensi luar biasa, manusia terkadang tidak memanfaatkannya sepenuhnya. Penyair menggambarkan bagaimana manusia terkadang malas berpikir, takut menghadapi kematian, dan tidak ingin menggali rahasia alam.

Ketakutan dan Keterbatasan: Penyair menyoroti bahwa ketakutan dan keterbatasan manusia sendiri yang membuatnya merasa terbatas. Pilihan untuk tinggal dalam "kepompong gelap" menunjukkan bahwa ketakutan dan keterbatasan dapat menjadi penghalang bagi manusia untuk mencapai potensi penuhnya.

Konsekuensi Kehidupan Manusia: Puisi ini menggambarkan konsekuensi dari ketidakmampuan manusia untuk mengatasi ketakutan dan keterbatasannya. Manusia diibaratkan sebagai "ulat papa," yang berarti makhluk yang terbatas dan terbelenggu oleh ketakutan dan ketidakmampuannya.

Puisi "Manusia Utama" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pemikiran dalam tentang potensi manusia dan keterbatasannya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam, kemampuan yang dimilikinya, dan kendala yang dihadapi dalam menggali potensi tersebut. Dengan menggunakan gambaran alam dan manusia, puisi ini menggambarkan dinamika antara potensi dan kenyataan dalam perjalanan hidup manusia.

Puisi: Manusia Utama
Puisi: Manusia Utama
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.