Puisi: Menghadapi Maut (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Menghadapi Maut" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan pengalaman manusia yang menghadapi kematian dalam suasana perang.
Menghadapi Maut

Kulihat,
Kurasakan:
Peluru mendesing menembus kening,
Pedang bersinau memenggal leher,
dan
Tergulinglah jasad di tanah:
Darah mengalir merah panas.

Sekejap pendek:
Kaki melejang-lejang,
Urat berdenyut meregang-regang.
Sudah itu
Diam
Sepi
Mati,
Muka menyeringai pucat pasi.

Datang mendorong dari dalam:
Mana harapanku, mana cita-citaku?
Sebanyak itu lagi ‘kan kukerjakan!
Mana isteriku, mana anakku,
karib handai tolan?
Lenyapkah sekaliannya selama-lamanya?
Hampa!
Kelam!
Ngeri!

Tanganku mengapai-gapai:
orang karam mencari ranting.
Wahai nasib,
Sebanyak itu perjuangan!
Sebanyak itu pengikat!
Pemberat hati kepada dunia!

Sedangkan,
Dari semula telah kutimbang,
Kupikir, kurenung matang-matang:
Ditengah peperangan seluruh buana,
Hebat dahsyat tiada beragak:
Bom peluru mungkin menghancur remuk,
Perampok penyamun mungkin menggolok,
Disentri, kolera, lapar mungkin mencekik …

Dan diantara mati pelbagai mati,
Bukankah ini telah kupilih,
Dengan hati jaga, mata terbuka?
Wahai rahsia hidup!
Penuh pertentangan, penuh kesangsian!
Berat sungguh menjadi manusia!

Tahanan Seksi Tanah Abang, Januari 1945

Sumber: Pembangunan (10-25 September 1946)

Analisis Puisi:
Puisi "Menghadapi Maut" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah karya sastra yang menggambarkan pengalaman seorang individu yang menghadapi kematian dalam suasana perang atau konflik.

Tema Kematian dan Kehidupan: Puisi ini secara mendalam mengeksplorasi tema kematian dan kehidupan. Pengarang menggambarkan adegan kematian yang kejam dalam suasana perang, dengan gambaran peluru dan pedang yang menghantam seseorang. Ini menciptakan citra ketidakpastian dan ketidakadilan dalam kehidupan manusia. Puisi ini juga menunjukkan perasaan kebingungan dan kehilangan yang dirasakan oleh individu yang menghadapi kematian.

Emosi dan Perasaan: Puisi ini merangkum berbagai emosi dan perasaan manusia dalam menghadapi kematian. Awal puisi menggambarkan kepanikan dan ketegangan melalui gambaran peluru dan pedang yang menghantam. Namun, ketika kematian tiba, ada perasaan diam, sepi, dan mati, yang menciptakan suasana menakutkan.

Pertentangan dalam Hidup: Puisi ini mencerminkan pertentangan batin yang dialami oleh individu tersebut. Dia merasa kehilangan harapan dan cita-cita hidupnya, serta merasa kehilangan keluarga dan orang-orang yang dicintainya. Ini menciptakan konflik batin yang mendalam.

Refleksi tentang Kehidupan: Puisi ini menggambarkan pengarang yang merenungkan kehidupan dan kematian secara filosofis. Dia mencoba mencari makna dalam pengalaman kematian dan mempertanyakan perjuangan dan pengorbanan yang telah dia lakukan dalam hidupnya. Ini menciptakan perenungan tentang makna hidup yang dalam.

Kesulitan Kehidupan Manusia: Puisi ini menggambarkan kesulitan dan ketidakpastian yang sering kali dihadapi oleh manusia dalam kehidupan. Ketidakpastian akan masa depan, perang, dan pengorbanan adalah elemen-elemen yang dihadapi oleh banyak orang dalam sejarah manusia.

Keberatan Menjadi Manusia: Puisi ini mencerminkan perasaan keberatan menjadi manusia dan menghadapi semua konflik dan penderitaan yang ada dalam kehidupan. Hal ini menciptakan pemahaman yang mendalam tentang kerumitan dan ketidakpastian hidup manusia.

Puisi "Menghadapi Maut" adalah sebuah karya sastra yang kuat yang menggambarkan pengalaman manusia yang menghadapi kematian dalam suasana perang. Ini menggambarkan berbagai emosi, pertentangan batin, dan refleksi tentang kehidupan dan kematian. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang makna kehidupan dan kesulitan yang dihadapi oleh manusia.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Menghadapi Maut
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.