Puisi: Nikmat Hidup (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Nikmat Hidup" karya Sutan Takdir Alisjahbana mengungkapkan kegelisahan dan pencarian makna hidup yang universal. Puisi ini membangkitkan ...
Nikmat Hidup

Api menyala di dalam kalbu,
Ganas membakar tiada beragak.
Hangus badan rasa seluruh,
Kepala penuh bersabung sinar.

Malam mata tiada terpicing,
Gelisah duduk sepanjang hari.
Rasa dicambuk rasa didera
Jiwa ngembara tiada sentosa.

Ya Allah, ya Tuhanku!
Biarlah api nyala di kalbu,
Biarlah badan hangus tertuju.

Api jangan Engkau padamkan,
Mata jangan Engkau picakan,
Jiwa jangan Engkau lelapkan.

14 April 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:
Puisi "Nikmat Hidup" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya sastra yang kaya akan ekspresi emosional dan spiritualitas. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perasaan kegelisahan dan ketidakpuasan, serta pencarian makna hidup yang dalam.

Metafora Api dan Kalbu: Penyair menggunakan metafora api yang menyala di dalam kalbu sebagai simbol kegelisahan dan ketidakpuasan batin. Api yang ganas dan membakar tanpa ragu-ragu menciptakan gambaran intensitas emosional dan kegelapan dalam hati penyair.

Ganasnya Gelisah dalam Malam: Gelisahnya malam dan mata yang tidak terpicing menunjukkan kesulitan penyair untuk menemukan ketenangan dan kedamaian dalam pikiran dan hatinya. Gelisah duduk sepanjang hari menciptakan atmosfer yang gelap dan terbebani oleh perasaan yang sulit diatasi.

Penderitaan dan Pencarian Hikmah: Penyair merinci penderitaan jiwa yang ngembara tanpa sentosa, menciptakan gambaran tentang sebuah perjalanan yang sulit dan penuh kesulitan. Dalam kegelapan dan kesukaran, terdengar suara doa kepada Tuhan, mencerminkan keinginan penyair untuk mendapatkan pemahaman dan hikmah dalam pengalaman hidupnya.

Hubungan dengan Tuhan: Puisi ini menciptakan hubungan yang erat antara penyair dan Tuhan. Doa yang diucapkan menunjukkan kerinduan dan keinginan untuk tetap terhubung dengan keberadaan yang lebih tinggi, bahkan di tengah-tengah penderitaan dan ketidakpuasan. Penyair mencari pengertian dan makna hidup melalui hubungannya dengan Tuhan.

Puisi sebagai Ekspresi Spiritual: Puisi "Nikmat Hidup" dapat dianggap sebagai ekspresi spiritual penyair yang mendalam. Pencarian akan makna hidup, ketidakpuasan terhadap kondisi batin, dan keinginan untuk terus menjalani perjalanan spiritual menggambarkan kompleksitas dan kekayaan pengalaman rohaniah.

Keinginan untuk Tetap Hidup: Pada akhir puisi, terdengar suara keinginan penyair agar api di kalbunya terus menyala, badannya hangus, dan matanya tidak dipadamkan. Ini dapat diartikan sebagai simbol keinginan untuk tetap hidup dalam pengalaman pahit dan sulit, serta terus mencari makna hidup.

Keseluruhan Pesan Puisi: Puisi Nikmat Hidup" membawa pesan yang mendalam tentang perjuangan manusia dalam mencari makna hidup dan menghadapi kesulitan batin. Puisi ini mengeksplorasi dimensi spiritualitas, menyoroti hubungan antara manusia dan Tuhan, dan menggambarkan kompleksitas perjalanan hidup.

Puisi "Nikmat Hidup" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah karya sastra yang penuh dengan makna dan mendalam. Dengan menggunakan bahasa yang puitis, penyair berhasil mengungkapkan kegelisahan dan pencarian makna hidup yang universal. Puisi ini membangkitkan refleksi tentang kehidupan, keberadaan, dan hubungan spiritual antara manusia dan Tuhan.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Nikmat Hidup
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  1. Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  2. Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  3. Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.