Puisi: Nyanyian Ladang (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Nyanyian Ladang" karya Subagio Sastrowardoyo tidak hanya sekadar menggambarkan kehidupan petani, tetapi juga mengajarkan kita akan makna ...
Nyanyian Ladang

Kau akan cukup punya istirah
Di hari siang. Setelah selesai mengerjakan sawah
Pak tani, jangan menangis

Kau akan cukup punya sandang
Buat menikah. Setelah selesai melunas utang
Pak tani, jangan menangis

Kau akan cukup punya pangan
Buat si ujang. Setelah selesai pergi kondangan
Pak tani, jangan menangis

Kau akan cukup punya ladang
Buat bersawah. Setelah selesai mendirikan kandang
Pak tani, jangan menangis.

Sumber: Daerah Perbatasan (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Ladang" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan seorang petani dengan sederhana namun mendalam. Dengan gaya yang sederhana, Subagio mampu menyentuh esensi kehidupan seorang petani, menghadirkan gambaran tentang keseharian yang penuh makna.

Kesederhanaan Hidup Petani: Dalam puisi ini, Subagio membangun citra tentang kehidupan petani yang diwarnai oleh kesederhanaan. Petani, dalam hal ini disimbolkan oleh "Pak Tani", digambarkan sebagai sosok yang cukup dengan apa yang dimilikinya. Dia cukup dengan istirahat setelah selesai bekerja di sawah, cukup dengan sandang untuk menikah setelah melunas utang, dan cukup dengan pangan setelah pergi ke kondangan. Kesederhanaan ini tercermin dalam kebutuhan dasar yang sederhana namun penuh makna bagi seorang petani.

Makna Kehidupan yang Terkandung dalam Setiap Aspek: Meskipun sederhana, setiap aspek kehidupan yang disentuh oleh puisi ini memiliki makna yang mendalam. Istirahat setelah bekerja, melunas utang untuk menikah, dan pergi ke kondangan untuk mendapatkan pangan, semuanya merupakan bagian dari kehidupan yang dijalani dengan penuh makna dan keberkahan. Pesan untuk tidak menangis yang terulang di setiap bait juga menggambarkan sikap tegar dan penerimaan atas keadaan yang ada.

Kehadiran Ladang sebagai Metafora Kehidupan: Ladang, yang disebutkan di setiap bait terakhir, menjadi metafora bagi kehidupan petani itu sendiri. Ladang adalah tempat di mana petani bekerja, mengais rezeki, dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan menyebutkan ladang di setiap bait terakhir, Subagio mengingatkan kita akan keberkahan dan makna yang terkandung dalam proses hidup, sekaligus sebagai pengingat akan sikap pantang menyerah yang harus dimiliki oleh setiap petani.

Puisi "Nyanyian Ladang" tidak hanya sekadar menggambarkan kehidupan petani, tetapi juga mengajarkan kita akan makna kehidupan yang sebenarnya. Dengan gaya yang sederhana namun dalam, Subagio Sastrowardoyo mampu menyampaikan pesan-pesan kebijaksanaan yang dapat menginspirasi pembacanya untuk menjalani kehidupan dengan penuh keberkahan dan kesederhanaan.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Nyanyian Ladang
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.