Puisi: Perjuangan (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Perjuangan" karya Sutan Takdir Alisjahbana menantang pembaca untuk merenungkan realitas perjuangan dalam kehidupan dan mencari ketenteraman ...
Perjuangan (1)


Suara:
    Ah, kelana, mengapa berputus asa?
    Dari gulita ia datang menjadi teman,
    Ke dalam gulita pula ia menarik diri.
    Apa dimenung, apa dimurung:
    Demikian segala, demikian segala

Hatiku:
    Dia sekasih itu, cumbu semata bunyi gelaknya.
    Limpahan cinta segembira itu tiadakan terdapat lagi.
    Aku tak kuasa terus berjalan,
    Lenyapkan aku dalam ketiadaan!

Suara:
    Ah, kelana, mengapa berputus asa?
    Dari ketiadaan ia datang, kepada ketiadaan ia pulang kembali.
    Pulang kembali segala umat!
    Dalam cahaya terang hanya sekejap kita bersua,
    berjalan bersama-sama.
    Malam di belakang, malam pula di hadapan dan bagi
    masing-masing ada jangka dan waktunya.

Hatiku:
    Alangkah mudahnya lidah berkata?
    Engkau tiada merasakannya!
    Tiada tahu engkau sedang kembang ditinggalkan lebah!

Suara:
    Ah, kelana, mengapa berputus asa?
    Dunia selebar ini, matahari terus bersinar dan
    tiadalah berhenti sungai mengalirkan air ke laut.
    Ta'ada lebah yang kekal di kembang!

    Bermurung, bermurunglah hati, berbisik, berbisiklah suara,
    Beramuk, beramuklah engkau berdua:
    Nikmat rasa kalbu berbuai,
    Nikmat pula sukma berbisik!


8 Mei 1935

Perjuangan (2)
(Kepada Taman Siswa)


Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup ialah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhanku di dalam dada.


24 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:
Puisi "Perjuangan" karya Sutan Takdir Alisjahbana mencerminkan pemikiran dan pandangan hidup penyair terhadap perjalanan hidup dan makna perjuangan. Dalam analisis ini, kita akan membahas tema, gaya bahasa, dan makna yang terkandung dalam kedua bagian puisi tersebut.

Tema

  1. Perjalanan Hidup dan Ketiadaan: Puisi ini mengeksplorasi tema perjalanan hidup, melalui metafora kelana atau petualangan. Kelana menjadi simbol perjalanan hidup manusia yang penuh dengan ketidakpastian. Tema ketiadaan juga muncul, merujuk pada keberadaan yang datang dari ketiadaan dan akan kembali ke sana.
  2. Kehidupan Sebagai Perjuangan: Penyair menyoroti bahwa hidup adalah perjuangan. Perjuangan itu seperti semangat lautan dan kehendak alam semesta. Puisi menekankan bahwa tenteram dan damai hanya ditemukan dalam perjuangan, sementara keheningan malam dan kematian dianggap sebagai momen ketenangan semu.

Gaya Bahasa

  1. Personifikasi: Penyair menggunakan personifikasi dengan memberikan sifat manusiawi pada objek non-manusiawi. Contohnya adalah "Dari gulita ia datang menjadi teman" yang menggambarkan kelana sebagai sosok yang memiliki hubungan seperti manusia.
  2. Metafora dan Simbolisme: Puisi ini sarat dengan metafora dan simbolisme. Kelana mewakili perjalanan hidup, sungai melambangkan waktu yang terus berlalu, dan lebah yang meninggalkan bunga adalah gambaran tentang kehilangan cinta. Semua simbol ini digunakan untuk menyampaikan pesan filosofis dan mendalam.
  3. Kiasan dan Paralelisme: Kiasan digunakan dalam ungkapan seperti "lidah berkata" yang menggambarkan bahwa mengucapkan kata-kata bukanlah hal yang mudah, sementara paralelisme pada bagian kedua mengulang penggunaan kata "Tenteram dan damai" untuk memberikan penekanan pada kontras antara damai yang dicari oleh banyak orang dan realitas hidup yang penuh perjuangan.

Makna

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan dan perjuangan. Penyair menekankan bahwa perjuangan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan melalui perjuangan itulah manusia menemukan makna sejati dan ketenteraman batin. Ketiadaan di sini juga dipandang sebagai titik awal dan akhir kehidupan.

Puisi "Perjuangan" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah karya yang sarat dengan makna filosofis. Melalui gaya bahasa yang indah dan simbolisme yang dalam, penyair menyampaikan pesan tentang perjalanan hidup, perjuangan, dan pencarian makna keberadaan. Puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan realitas perjuangan dalam kehidupan dan mencari ketenteraman yang sejati melalui perjalanan yang terus berlanjut.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Perjuangan
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  1. Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  2. Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  3. Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.