Puisi: Rindu (Karya A. Rahim Eltara)

Puisi "Rindu" karya A. Rahim Eltara menggambarkan perasaan rindu dengan berbagai cara yang indah dan mendalam.
Rindu (1)


Imajinasi merontah-rontah dalam sangkar resah
Paruh rindu mematuk-matuk tempurung batin
Kelopak mata meluruhkan gerimis duka lara
Di sela-sela rumpun rerumputan
Menuding dengan tajam naluri:
“Sajak adalah beban air mata bening nurani”

Rindu (2)

Kemarau ini terasa sangat panjang, Riyan
Pucuk-pucuk daun musim semi telah senja
Disengat bara rindu membisu
Jauh di mata langit biru
Dekat di benak kalbu.

Rindu (3)

Saat pertama kau menjadi kijang buruanku
Mimpi-mimpi liar berkeliaran di padang sunyi
Mengendap di rimbun rahasia kamar senyap batin
Mekar merekah kelopak bunga taman hati
Harum menguap sejuk memeluk jenang raga
Mewarnai ranum rona pipi spoi angin
Kaki-kaki gunung berlumut hijau subur
Sampai ke punggung-punggung batu deras air
Menjalar dari putik sari kasih-Nya.

Rindu (4)

Sejuta benih kangen
Bersarang di jaring-jaring otak
Menggedor pintu lanskap dini hari
Ingatkan aku pada pidato dan fatwa:
Bung Karno, Buya Hamka, serta Kahlil Gibran
Yang nyala jernih nan tak kenal padam
Menyalak tungku jati diri yang mandiri.


Sumbawa, Desember 2001

Analisis Puisi:
Puisi adalah salah satu bentuk seni yang kuat dalam mengekspresikan emosi dan perasaan manusia. Puisi "Rindu" karya A. Rahim Eltara adalah kumpulan puisi pendek yang menggambarkan perasaan rindu dengan berbagai cara yang indah dan mendalam.

  1. Paruh Rindu: Puisi pertama menciptakan gambaran tentang imajinasi yang tak terkendali dan perasaan rindu yang membebani pikiran. Penyair menggunakan gambaran burung kicau yang terkurung dalam sangkar untuk menggambarkan perasaan terkekang oleh rindu. Kelopak mata yang meluruhkan "gerimis duka lara" menggambarkan perasaan kesedihan yang mendalam. Puisi ini menyampaikan bahwa sajak adalah medium yang memungkinkan penyair untuk melepaskan perasaan rindu dan kesedihan dari hatinya.
  2. Kemarau Rindu: Puisi kedua, dengan merujuk pada nama Riyan, berbicara tentang perasaan rindu yang panjang dan menyiksa. Penyair menggunakan gambaran "pucuk-pucuk daun musim semi telah senja" untuk menggambarkan bahwa keindahan dan kebahagiaan seperti musim semi telah berakhir. Kata-kata "disengat bara rindu" menciptakan gambaran perasaan panas dan menyiksa yang dirasakan penyair. Puisi ini mencirikan rindu sebagai api yang membakar dalam diri penyair.
  3. Rindu Kijang Buruan: Puisi ketiga menggambarkan rindu dengan gambaran kijang buruan yang menjadi simbol perasaan penyair. Rindu dijelaskan sebagai sesuatu yang memenuhi mimpi-mimpi penyair. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kebahagiaan, kehangatan, dan warna yang dihadirkan oleh perasaan rindu. Ada nuansa alam dan kehidupan yang subur dalam puisi ini.
  4. Sejuta Benih Kangen: Puisi terakhir, "Sejuta Benih Kangen," menggambarkan rindu sebagai sesuatu yang tak terhindarkan dan kuat. Penyair menggunakan gambaran "sejuta benih kangen" yang bersarang di pikirannya, menciptakan gambaran rindu yang tak terkendali. Puisi ini mengingatkan penyair pada pidato dan pandangan hidup dari tokoh-tokoh terkenal seperti Bung Karno, Buya Hamka, dan Kahlil Gibran. Ini menggambarkan bagaimana perasaan rindu bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam hidup.
Puisi "Rindu" karya A. Rahim Eltara menggambarkan perasaan rindu dengan indah dan kuat. Setiap puisi membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang mendalam, menggambarkan rindu sebagai perasaan yang membebani, menyiksa, namun juga menginspirasi. Puisi-puisi ini mengingatkan kita akan kekuatan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan manusia yang universal.

Puisi
Puisi: Rindu
Karya: A. Rahim Eltara
© Sepenuhnya. All rights reserved.