Puisi: Rumahku yang Biru (Karya Arifin C. Noer)

Puisi "Rumahku yang Biru" karya Arifin C. Noer menggambarkan perasaan kerinduan dan cinta yang mendalam terhadap ibu yang telah meninggal.
Rumahku yang Biru



(Rumahku yang biru
adakah ibu di situ?)

Di pekarangan. Di serambi. Di kamar tengah
Di kamar makan. Di kamar-kamar. Sepi bergantungan
pada lampu-lampu yang keruh, pigura-pigura yang lusuh
Sepi duduk di kursi. Di meja makan duka tersuguh

Adik-adikku. Saudara-saudaraku. Para kerabatku
Semua menutup wajahnya
sedang airmata meleleh di sela-sela jemarinya

Dimana ia? Dimana
Pohon jambu diam saja. Kembang-kembang pun berahasia
Batang Kelapa kaku saja!
Wahai, dimana ia?
Sebagai protes
Bersujudlah aku
sejuta malam
berputar sekilat
seketika.......

Ya Tuhan, ibu kini tengah menciumi rambutku
secara diam-diam
Betapa harum nafasnya
bunga-bunga mawar bertumbuhan di sajadah betapa
banyaknya
Ya Tuhan, terimalah abadi sujudku
agar tak lepas-lepas ciuman ibu.


14 Desember 1964

Analisis Puisi:
Puisi "Rumahku yang Biru" karya Arifin C. Noer menggambarkan kehampaan, duka cita, dan kerinduan yang mendalam karena kehilangan seseorang yang dicintai, dalam hal ini seorang ibu.

Gambaran Rumah dan Kehilangan Ibu: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan rumah yang biru, di mana kehampaan dan kesedihan terasa di setiap sudut rumah tersebut. Rumah yang menjadi simbol kehangatan, kebersamaan, dan cinta keluarga, sekarang menjadi tempat duka. Rumah yang biru menciptakan perasaan melankolis yang mengiringi seluruh puisi.

Kehilangan dan Kerinduan: Puisi ini mencurahkan perasaan kehilangan yang mendalam. Pembaca merasakan kekosongan dan sepi yang ada di rumah, yang sekarang tak lagi penuh dengan kehadiran ibu. Semua anggota keluarga, adik-adik, saudara, dan kerabat, merasakan kerinduan yang mendalam dan berbagi kesedihan yang sama.

Gambaran Alam dan Spiritualitas: Puisi ini menggunakan gambaran alam seperti pohon jambu, kembang-kembang, dan batang kelapa yang diam sebagai representasi dari perasaan dan situasi keluarga yang berduka. Perumpamaan ini menciptakan suasana alami yang menguatkan suasana kesedihan dan hilangnya ibu. Juga, puisi ini mengandung elemen spiritualitas yang kuat. Dalam upayanya untuk menjalin kontak dengan ibu yang telah meninggal, sang penulis bersujud dan berdoa. Ini mencerminkan keyakinan dalam hubungan spiritual yang kuat dengan orang yang dicintai yang telah meninggal.

Keindahan dalam Kehilangan: Meskipun puisi ini berbicara tentang kehilangan dan kesedihan, ada keindahan dalam ekspresi perasaan duka tersebut. Bahasa puisi yang indah menggambarkan perasaan kerinduan dan cinta yang mendalam terhadap ibu yang telah meninggal.

Puisi "Rumahku yang Biru" adalah karya sastra yang memetakan rasa kehilangan dan kerinduan karena kepergian seorang ibu. Arifin C. Noer menggunakan bahasa yang kaya untuk menggambarkan suasana yang mengharukan dan mengungkapkan perasaan yang sangat mendalam. Puisi ini juga mempertegas hubungan spiritual dengan orang yang telah meninggal, menunjukkan cara puisi bisa menjadi sarana untuk merayakan kenangan dan mengatasi rasa duka.

Puisi Arifin C. Noer
Puisi: Rumahku yang Biru
Karya: Arifin C. Noer

Biodata Arifin C. Noer:
  • Arifin C. Noer (nama lengkapnya adalah Arifin Chairin Noer) lahir pada tanggal 10 Maret 1941 di kota Cirebon, Jawa Barat.
  • Arifin C. Noer meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta.
  • Arifin C. Noer adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.