Puisi: Sebelum Laut Bertemu Langit (Karya Eka Budianta)

Puisi "Sebelum Laut Bertemu Langit" karya Eka Budianta merenungkan makna kehidupan, cinta, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Sebelum Laut Bertemu Langit

Seekor penyu pulang ke laut
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.

Puisiku - telur-telur penyu itu -
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja

Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya

Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu.

Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi.

Jakarta, 2003

Analisis Puisi:

Puisi "Sebelum Laut Bertemu Langit" karya Eka Budianta adalah penggambaran yang indah dan simbolis tentang perjalanan kehidupan dan cinta yang melibatkan alam, terutama melalui metafora seekor penyu dan telurnya.

Simbolisme Penyu dan Telur: Penyu dalam puisi ini melambangkan kehidupan dan cinta yang kembali ke asalnya, ke laut. Telur yang diletakkan di pantai adalah metafora untuk kata-kata, puisi, atau ekspresi cinta yang ditanamkan di hati seseorang.

Kehidupan dan Kematian: Puisi ini menggambarkan siklus kehidupan yang tak terelakkan. Telur-telur penyu yang ditanam di pantai bisa menetas menjadi penyu muda yang kuat dan berenang ke laut, tetapi juga bisa mati sebelum menetas. Ini mencerminkan ketidakpastian dan kekuatan alam yang menguji kehidupan.

Perjalanan Hidup dan Cinta: Penyair menyamakan perjalanan hidup seseorang dengan perjalanan penyu yang kembali ke laut. Seiring waktu, kita semua kembali ke asal kita, seperti penyu yang kembali ke laut. Puisi juga mencerminkan perjalanan cinta yang penuh dengan harapan, kegagalan, dan ketidakpastian.

Keabadian dan Cinta Sejati: Laut dan langit di akhir puisi melambangkan keabadian dan kesucian. Pertemuan antara laut dan langit di cakrawala abadi melambangkan cinta sejati yang melebihi batas-batas dunia fisik.

Penghormatan terhadap Alam: Puisi ini juga mengandung pesan tentang pentingnya menjaga alam dan siklus kehidupan yang rapuh. Penyair menekankan pentingnya menghormati alam dan memahami siklus kehidupan yang alamiah.

Secara keseluruhan, puisi "Sebelum Laut Bertemu Langit" adalah puisi yang memikat dan memprovokasi pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, cinta, dan hubungan manusia dengan alam semesta.

Puisi: Sebelum Laut Bertemu Langit
Puisi: Sebelum Laut Bertemu Langit
Karya: Eka Budianta

Biodata Eka Budianta:
  • Christophorus Apolinaris Eka Budianta Martoredjo.
  • Eka Budianta lahir pada tanggal 1 Februari 1956 di Ngimbang, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.