Puisi: Sesudah Dibajak (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Sesudah Dibajak" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah ungkapan yang mendalam tentang penderitaan dan ketidakberdayaan manusia di ...
Sesudah Dibajak

Aku merasa bajak-Mu menyayat,
Sedih seni mengiris kalbu,
Pedih pilu jiwa mengaduh,
Gemetar menggigil tulang seluruh.

Dalam duka semesra ini,
Beta papa, apatah daya?
Keluh hilang di sawang lapang,
Aduh tenggelam dibisik angin.

Ya Allah, ya Rabbi,
Hancurkan, remukkan sesuka hati,
Sayat iris jangan sepala.

Umat daif sekedar bermohon:
Semai benih mulia raya
Dalam tanah sudah dibajak.

1 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Sesudah Dibajak" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah ungkapan yang mendalam tentang penderitaan dan ketidakberdayaan manusia di hadapan kekuatan yang lebih besar. Dalam puisi ini, pengarang menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang menyentuh untuk menyampaikan perasaan kehilangan dan keputusasaan.

Ekspresi Kesedihan dan Ketidakberdayaan: Puisi ini menggambarkan perasaan sedih dan keputusasaan yang dirasakan oleh manusia setelah mengalami penderitaan atau penindasan. Bahasa puisi yang dipilih menciptakan suasana yang gelap dan penuh duka, di mana manusia merasa terpukul dan tidak berdaya di hadapan kekuatan yang menghancurkan.

Imej Kekuatan Alam: Pengarang menggunakan gambaran alam, seperti sawah yang sudah dibajak, untuk menggambarkan keadaan manusia yang telah dirampas hak-haknya atau dihancurkan oleh kekuatan lain. Ini menciptakan kontras antara kehancuran yang terjadi di alam dengan kehancuran yang dirasakan oleh manusia.

Permohonan kepada Tuhan: Puisi ini mencakup sebuah permohonan kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan dan bimbingan dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan. Pengarang memohon kepada Tuhan untuk meruntuhkan kekuatan yang menindas dan memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk menanam benih kebaikan dan keadilan.

Kritik Sosial: Melalui puisi ini, pengarang juga menyiratkan sebuah kritik terhadap ketidakadilan dan penindasan yang dialami oleh umat manusia di tangan kekuatan yang lebih besar. Dia menyoroti penderitaan yang disebabkan oleh penindasan dan merujuk pada kebutuhan akan perubahan dan keadilan dalam masyarakat.

Puisi "Sesudah Dibajak" adalah sebuah ungkapan yang mendalam tentang penderitaan, keputusasaan, dan permohonan kepada Tuhan dalam menghadapi penindasan dan kesulitan. Melalui gambaran alam dan bahasa yang kuat, pengarang menciptakan sebuah karya yang menggugah dan merenungkan tentang kondisi manusia di hadapan kekuatan yang lebih besar.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Sesudah Dibajak
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.