Puisi: Sesudah Topan (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Sesudah Topan" menggambarkan alam sebagai kekuatan besar yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan dan menciptakan. Dalam kehancuran, ...
Sesudah Topan


Bertiup, bertiuplah topan!
Liukan, lengkungkan, patahkan, hempaskan jangan sepala.

Terbangkan daun sampai ke langit.
Tundukkan puncak menyembah bumi,
Serakkan ranting menabur tanah.

Biar mengaduh, biar mengeluh biar mengerang putus suara,
Kacaulah perdu, adulah pohon, rusak remuk berpatah-patahan,
Gugurkan buah segala, tua muda jangan dihitung.

Apabila topan sudah berhenti,
Apabila hujan reda kembali, sinar suria turun ke tanah.
Beta melihat tunas memecah dan di tanah lembah kecambah
mengorak daun.


10 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:
Puisi "Sesudah Topan" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya yang penuh dengan metafora dan simbolisme alam. Dalam puisi ini, alam digunakan sebagai medium untuk menyampaikan pesan filosofis tentang perubahan dan kehidupan.

Topan sebagai Metafora Perubahan dan Ujian Kehidupan: Topan dalam puisi ini dianggap sebagai simbol perubahan dan ujian kehidupan. Tohannya yang dahsyat menggambarkan tantangan dan cobaan yang tiba-tiba datang dalam kehidupan manusia. Puisi ini memberikan pesan bahwa meskipun perubahan dan ujian bisa menghancurkan, namun mereka juga membawa potensi untuk membentuk kembali dan menciptakan sesuatu yang baru.

Daya Hancur dan Pembewatan Alam sebagai Wujud Kekuatan Alam: Penggambaran daya hancur topan yang dapat mematahkan, menghempaskan, dan merusak segala sesuatu mencerminkan kekuatan alam yang luar biasa. Alam digambarkan sebagai entitas yang memiliki kekuatan besar dan kadang-kadang sulit untuk diatasi oleh manusia.

Simbolisme Daun, Ranting, dan Buah: Puisi menggunakan simbolisme daun, ranting, dan buah untuk melukiskan kerusakan yang terjadi akibat topan. Daun yang terbang ke langit, patahnya ranting, dan gugurnya buah melambangkan kerapuhan dan kehancuran yang diakibatkan oleh kekuatan alam.

Adversitas Alam dan Keterkaburan Manusia: Penggambaran pohon yang serak dan remuk berpatah-patah mencerminkan bagaimana manusia bisa menjadi lemah dan hancur dalam menghadapi cobaan atau bencana. Puisi ini memberikan gambaran tentang ketidakpastian dan kerentanan manusia di hadapan kekuatan alam.

Harapan dan Regenerasi Alam: Pada bagian akhir puisi, ketika topan sudah berhenti dan hujan mereda, sinar matahari turun ke tanah. Ini menciptakan gambaran harapan dan regenerasi. Tunas yang pecah dan kecambah yang muncul dari tanah lembah melambangkan kesuburan dan kehidupan yang terus berlanjut meskipun setelah badai yang dahsyat.

Puisi "Sesudah Topan" menggambarkan alam sebagai kekuatan besar yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan dan menciptakan. Dalam kehancuran, terdapat peluang untuk pembaharuan dan regenerasi. Puisi ini menantang pembaca untuk merenung tentang ketidakpastian kehidupan dan bagaimana manusia dapat berkembang dan bertahan di tengah-tengah cobaan. Melalui penggambaran alam yang dramatis, Sutan Takdir Alisjahbana menyampaikan pesan filosofis tentang kehidupan dan ketahanan manusia.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Sesudah Topan
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.