Puisi: Wahai Pemuda Mana Telurmu? (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Wahai Pemuda Mana Telurmu?" karya Sutardji Calzoum Bachri memuat pesan yang dalam dan reflektif tentang tanggung jawab dan peran pemuda ...
Wahai Pemuda
Mana Telurmu?

Apa gunanya merdeka
kalau tak bertelur?
Apa gunanya bebas
kalau tak menetas?

Wahai bangsaku
Wahai Pemuda
mana telurmu?

Burung 
jika tak bertelur
tak menetas
sia-sia saja terbang bebas.

Kepompong menetaskan 
kupu-kupu
Kuntum membawa bunga
Putik jadi buah
Buah menyimpan biji
menyimpan mimpi
menyimpan pohon
dan bunga-bunga.

Uap terbang menetas awan
Mimpi jadi, sungai pun jadi
menetas jadi
Hakekat lautan.

Setelah ku pikir-pikir
manusia ternyata burung berpikir

Setelah ku renung-renung
manusia adalah burung merenung

Setelah bertafakur
tahulah aku
manusia harus bertelur.

Burung membuahkan telur
Telur menjadi burung
Ayah menciptakan anak 
Anak melahirkan ayah

Wahai pemuda
Wahai Garuda
menetaslah
lahirkan lagi
Bapak bagi bangsa ini!

Menetaslah
seperti dulu
Para pemuda
bertelur emas

Menetas Kau
Dalam sumpah mereka.

7 Agustus 2010

Analisis Puisi:
Puisi "Wahai Pemuda Mana Telurmu?" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang memuat pesan yang dalam dan reflektif tentang tanggung jawab dan peran pemuda dalam membangun bangsa.

Pertanyaan Sentral: Puisi ini dimulai dengan pertanyaan retoris yang kuat: "Apa gunanya merdeka kalau tak bertelur? Apa gunanya bebas kalau tak menetas?" Pertanyaan ini menyoroti pentingnya bertindak dan berkontribusi secara positif setelah mencapai kemerdekaan.

Metafora Telur dan Menetas: Telur dan proses menetas menjadi metafora yang kuat dalam puisi ini. Telur melambangkan potensi, harapan, dan kemungkinan yang dimiliki pemuda. Menetas mewakili proses transformasi, pertumbuhan, dan perubahan yang harus dialami agar potensi itu menjadi nyata.

Panggilan untuk Bertindak: Puisi ini merupakan sebuah panggilan kepada para pemuda untuk bertindak dan mengambil peran dalam membangun bangsa. Sutardji Calzoum Bachri menekankan pentingnya pemuda untuk mewujudkan visi dan misi bangsa dengan menetas, melahirkan kembali semangat dan komitmen terhadap perubahan positif.

Peran Pemuda dalam Pembangunan Bangsa: Melalui metafora "Wahai Garuda", puisi ini menggambarkan pemuda sebagai simbol kebangkitan dan kekuatan bangsa Indonesia. Pemuda diharapkan mampu menetaskan kembali semangat perjuangan yang telah terkandung dalam sumpah para pendahulu mereka untuk melanjutkan pembangunan bangsa.

Pesan Keharmonisan Generasi: Puisi ini juga menyoroti hubungan harmonis antara generasi yang lebih tua (ayah) dan pemuda. Sutardji Calzoum Bachri menegaskan bahwa hubungan ini penting dalam membangun masa depan yang lebih baik, di mana pemuda menghormati dan menghargai pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki oleh generasi sebelumnya.

Kehidupan Sebagai Proses Berkelanjutan: Dalam puisi ini, kehidupan digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari bertelur hingga menetas, dari lahir hingga melahirkan kembali. Ini mengingatkan kita bahwa perubahan dan pertumbuhan adalah bagian alami dari kehidupan dan bahwa pemuda memiliki peran penting dalam meneruskan siklus ini.

Dengan demikian, puisi "Wahai Pemuda Mana Telurmu?" bukan hanya sebuah puisi, tetapi juga sebuah panggilan yang mendalam dan mendalam kepada para pemuda Indonesia untuk mengambil peran aktif dalam membangun masa depan bangsa dengan menetas, mengembangkan potensi mereka, dan mengabdikan diri untuk kesejahteraan bersama.

Puisi: Wahai Pemuda Mana Telurmu?
Puisi: Wahai Pemuda Mana Telurmu?
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.