Puisi: Aceh Mendesah dalam Nafasku (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Aceh Mendesah dalam Nafasku" karya D. Zawawi Imron memadukan tema sejarah, religius, dan perasaan pribadi penulis terhadap Aceh.
Aceh Mendesah dalam Nafasku


Aku belum pernah berkunjung ke Aceh
Tapi aku pernah mencium
aroma pena Syekh Hamzah Fansuri
Aku pernah menikmati
keindahan senyum Teungku Ali Hasjmy

Aku belum pernah menginjakkan kaki kek Aceh
tapi Aceh selalu datang ke dalam diriku
Setiap hari, pagi dan sore
diantarkan koran dan televisi
Aceh menangis, Aceh pun mengalir dalam sedu-sedanku
mengalir dalam air mataku yang terus menderai
bersama sungai terpanjang yang mengalir ke balik langit
berlika-liku di sela bintang gemintang
mencari Telaga Al-Kautsar

Jikalau Aceh terluka, Aceh berdenyut nadiku
Aceh mendesah dalam nafasku, Aceh berdetak dalam jantungku
memukul-mukul jiwaku, memacu doaku
Dan Aceh kusebut di sela-sela zikirku

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Muhaimin, Ya Salam, Ya Lathif, Ya Rauf
Jika Engkau menjatuhkan hujan ke bumi
Turunkan derai hujan bersama Damai-Mu
Biar Kasih-Mu meresap basah ke dalam hati
melembutkan segenap nurani
Hidupkan sejuk kami kepada Aceh
dengan cinta yang saleh

 Ya Allah Yang Maha Penyayang,
Engkau mengurus Muhammad dengan wajah cemerlang
Dengan lidah yang indah
Dengan tatapan pandang yang lembut ramah
Dengan tanah menabur sejuk
menghapus gelisah dan hati yang bernanah
Dengan cinta yang mekar seperti mawar dan melati yang merekah
Agar kehidupan terasa rahmat
dengan langkah-langkah kerja yang menderap
menuju damai yang mantap

Tugas Rasul-Mu terus dilanjutkan para ahli waris
pengemban amanah, menjadi mata rantai sejarah
Dan sampai juga ke Tanah Rencong:
Fajar Iman yang damai terbit dari Perlak dan Pasai
untuk bumi Nusantara
Di lintas Jawa ada Walisongo, Syekh Yusuf dari Makassar
dan Sultan Khairun di Ternate

Semua sering terbayang selintas mendengar azan
yang mengalun mendamaikan kalbu
Hayya 'alashalah, hayya 'alal falah
Mari bersujud damai dalam salat
Mari meraup bahagia yang penuh damai
Damai di bawah naungan Allah

Aku belum pernah datang ke Aceh
Tapi Aceh selalu berdetak dalam jantungku
dalam keindahan mimpiku. Aceh mengalir mengajak zikir
Mengalir ke dalam damai ke alam cinta
Di dalam belaian Kasih Sayang Allah.


September, 1999

Sumber: Seperti Belanda (2020)

Analisis Puisi:
Puisi "Aceh Mendesah dalam Nafasku" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya sastra yang memadukan tema sejarah, religius, dan perasaan pribadi penulis terhadap Aceh. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kedalaman emosi dan pengalaman penulis terhadap Aceh, serta menggambarkan kedamaian dan keprihatinan yang ada dalam batinnya.

Hubungan Emosional dengan Aceh: Puisi ini dimulai dengan pengakuan bahwa penulis belum pernah mengunjungi Aceh secara fisik, tetapi hubungannya dengan Aceh sangat kuat. Penulis mencium "aroma pena Syekh Hamzah Fansuri" dan merasakan keindahan senyum "Teungku Ali Hasjmy." Ini menunjukkan bahwa penulis merasakan hubungan spiritual dan emosional yang mendalam dengan tokoh-tokoh dan kisah-kisah dari Aceh.

Dampak Pengalaman Media: Penulis menggambarkan bagaimana berita dan informasi dari Aceh terus masuk ke dalam hidupnya melalui media seperti koran dan televisi. Bahkan tanpa kunjungan fisik, Aceh hadir dalam perasaan dan pikiran penulis setiap hari. Kata-kata "Aceh menangis, Aceh pun mengalir dalam sedu-sedanku" menggambarkan rasa keprihatinan dan dukacita yang mendalam dalam hati penulis terhadap peristiwa-peristiwa di Aceh.

Asosiasi Religius dan Doa:
Puisi ini sangat kental dengan unsur religius. Penulis berbicara tentang berdoa kepada Allah dengan sebutan-sebutan-Nya yang berarti Penyayang dan Pengasih. Penulis juga mengutip azan dan doa-doa dalam bait-bait tertentu, menambahkan dimensi spiritual dalam puisi ini. Pemanggilan nama-nama Allah menggambarkan harapan penulis akan damai dan keberkahan bagi Aceh.

Gambaran Sejarah dan Kemanusiaan: Puisi ini juga menciptakan gambaran sejarah Aceh dengan merujuk pada tokoh-tokoh seperti Syekh Hamzah Fansuri, Teungku Ali Hasjmy, serta fakta sejarah seperti Perlak dan Pasai. Penulis menghubungkan perjalanan sejarah ini dengan perjuangan memelihara damai dan keberkahan. Puisi ini menunjukkan bagaimana sejarah dan spiritualitas menyatu dalam pandangan penulis tentang Aceh.

Tema Damai dan Ketenangan: Tema damai dan ketenangan tampil dalam puisi ini dengan kuat. Kata-kata seperti "zakir" (zikir) dan "bersujud damai dalam salat" menciptakan atmosfer spiritual dan meditatif. Penulis menginginkan bahwa damai dan kesucian dapat meresap ke dalam hati semua orang.

Puisi "Aceh Mendesah dalam Nafasku" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang menggambarkan hubungan emosional penulis terhadap Aceh, menciptakan gambaran tentang perasaan, kesejarahan, dan spiritualitas. Dalam puisi ini, Aceh menjadi lebih dari sekadar tempat geografis, melainkan sebuah entitas spiritual yang memberi dampak mendalam pada perasaan dan pikiran penulis.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Aceh Mendesah dalam Nafasku
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.