Puisi: Cahaya-Mu (Karya J. Kamal Farza)

Puisi "Cahaya-Mu" menggambarkan hubungan yang erat antara manusia dan Tuhan, serta keinginan manusia untuk hidup dalam ketundukan dan keselamatan ...
Cahaya-Mu

Kusadari keagungan-Mu
yang menghembuskan angina-angin
membentangkan bumi, mengaliri sungai-sungai
sampai laut Engkau gelombangkan

Sungguh kerdil aku dalam tatap-Mu
sehingga kucoba titipkan pengabdian
lewat perantara subuh atau isya
lewat tahajud, lewat dzikir
menyebut-Mu, tak pernah letih

O Yang Maha Rahman
curahkanlah cahaya dalam hidupku
dalam sarafku, dalam dagingku
dalam pengabdianku
agar tambah tegar
menikmati sisa-sia usiaku

Ya Allah pijarkanlah cahaya-Mu
agar imanku tambah kokoh
menahan arus globalisasi ini

: Jangan panggil aku dulu, Tuhan
Sebelum pengabdian ini
Engkau restui.

Banda Aceh, Desember 1991

Analisis Puisi:

Puisi "Cahaya-Mu" karya J. Kamal Farza adalah sebuah ungkapan rasa kagum, pengabdian, dan permohonan kepada Tuhan.

Pengakuan atas Keagungan Tuhan: Penyair dengan rendah hati mengakui keagungan Tuhan dan kekuasaan-Nya yang meliputi alam semesta. Dia menyadari bahwa manusia adalah kerdil di hadapan Tuhan, dan hanya dengan pengabdian yang tulus, manusia bisa meraih ridha-Nya.

Pengabdian yang Tulus: Puisi ini mencerminkan rasa pengabdian yang tulus dari penyair kepada Tuhan. Penyair berjanji untuk beribadah dengan sungguh-sungguh, baik melalui shalat, dzikir, atau tahajud, sebagai bentuk ekspresi rasa syukur dan ketaatan kepada-Nya.

Permohonan Cahaya dan Petunjuk: Penyair memohon kepada Tuhan untuk menerangi hidupnya dengan cahaya-Nya. Cahaya tersebut diharapkan akan menguatkan iman, memberikan keteguhan hati, dan membimbingnya dalam menghadapi tantangan hidup, termasuk arus globalisasi yang menguji iman.

Kritik terhadap Kesia-siaan Dunia: Dalam puisi ini, penyair menyadari kefanaan dunia dan mencoba menemukan makna yang lebih dalam dalam pengabdian kepada Tuhan. Dia mengekspresikan keinginannya agar pengabdian dan keimanan yang dilakukannya akan mendapat restu dari Tuhan, sehingga hidupnya menjadi bermakna dan tidak sia-sia.

Rasa Hormat dan Ketundukan: Puisi ini juga mencerminkan rasa hormat dan ketundukan penyair kepada Tuhan. Penyair menyadari bahwa hanya dengan memperoleh restu dan petunjuk-Nya, manusia bisa menemukan jalan yang benar dalam kehidupan.

Puisi "Cahaya-Mu" karya J. Kamal Farza adalah ungkapan yang mendalam tentang rasa kagum, pengabdian, dan permohonan kepada Tuhan. Melalui bahasa yang indah dan penuh makna, puisi ini menggambarkan hubungan yang erat antara manusia dan Tuhan, serta keinginan manusia untuk hidup dalam ketundukan dan keselamatan di bawah lindungan-Nya.

J. Kamal Farza
Puisi: Cahaya-Mu
Karya: J. Kamal Farza

Biodata J. Kamal Farza:
  • J. Kamal Farza lahir pada tanggal 13 April 1969 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.